DAMRI adalah kepanjangan dari Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia (EYD: Jawatan Angkutan Motor Republik Indonesia) yang dibentuk berdasarkan Maklumat Kementerian Perhubungan RI No.01/DAMRI/46 tanggal 25 November 1946 dengan tugas utama menyelenggarakan angkutan penumpang dan barang di atas jalan dengan menggunakan kendaraan bermotor.
DAMRI juga merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang cemerlang di era Orde Baru, bagaimanakah nasibnya kini?
Saat ini DAMRI dikemudikan oleh Setia Milatia Moemin, yang terpilih sebagai Chief Executive Officer (CEO) Terbaik untuk Transportasi Berkualitas. Sektor transportasi darat dan pimpinan Perum Damri yang kerap identik dengan laki-laki yang mengendarai bus, jalanan, dan mesin dikelola oleh seorang perempuan.
Bagaimanakah sepak terjangnya? Menurut Direktur Utama (Dirut) DAMRI yang berpredikat CEO terbaik itu, selama 75 tahun berdiri (Tahun 2021), Perum Damri baru memberikan dividen kepada negara dalam periode 2018-2019. Kontribusi dividen tersebut dinyatakan sebagai hasil dari langkah transformasi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
Milatia Moemin menyatakan, sebelumnya perusahaan masih membukukan kerugian dan baru pada tahun 2018 manajemen mencatat kenaikan laba sebesar 234 persen dan 107 persen pada akhir tahun 2019. Sayangnya, CEO terbaik yang wanita ini tidak merinci berapa nilai dividen yang diberikan oleh DAMRI ke kas negara dan dari hasil operasi apa sumber kenaikannya.
Faktanya, kerugian justru kembali terjadi pada tahun 2020 saat pemberlakuan kebijakan PSBB periode Maret-Juli yang tercatat mencapai 90 persen. DAMRI menderita rugi bersih tahun berjalan sejumlah Rp 220,07 miliar pada tahun 2020. Padahal, di tahun 2019 masih mencatatkan laba sejumlah Rp 43,26 miliar.
Hal ini penting diuraikan, sebab secara tidak sengaja pada tanggal 18 Juli 2023 sekira pukul 15.30 wib, penulis menumpangi minibus DAMRI trayek Blok M-Bandara Soekarno Hatta (Soetta) yang kosong melompong. Hanya penulis saja yang menumpang seorang dan diantar seorang pengemudi wanita bernama Meuthia Hasbi.
Inilah pengalaman pertama kali dalam sejarah menumpangi bis DAMRI yang hanya berisi satu orang penumpang. Tentu saja, kami terlibat dalam suatu percakapan sepanjang perjalanan menuju tempat tujuan, mulai dari kenapa memilih menjadi saat ini dan berapa lama menekuni profesi sebagai pengemudi. Suatu yang luar biasa selama lebih dari 15 tahun mencari nafkah dan melayani penumpang bis DAMRI, telah banyak kisah suka dan duka didapatinya.
Masalahnya kemudian adalah, dengan setoran dividen ke kas negara yang dinyatakan sebagai baru pertama kali dalam sejarah 75 tahun kehadiran DAMRI itu, lalu bagaimanakah masa depan BUMN ini?
Jumlah dividen ke kas negara yang di atas 100 persen serta fakta kosong nya rute ke Bandara Soetta itu meninggalkan pertanyaan soal kinerja BUMN bidang transportasi darat ini atas laba aktualnya. Publik perlu mempertanyakannya, sebab DAMRI sebagaimana juga Djakarta Lloyd adalah BUMN yang cukup disegani pada masa Orde Baru meskipun mungkin dulu tanpa setoran dividen.(*)
Oleh: Defiyan Cori, Ekonom Konstitusi alumnus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta