Kabarnusa.com –
 Marselus Abdullah Lamablawa, S.Kom atau akrab dipanggil Aba patut
 bersyukur sekaligus bangga. Betapa tidak, dia adalah satu-satunya
 pelamar yang dinyatakan lulus menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS)
 pada kantor Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
 Perwakilan NTT. Pasalnya, para pelamar mencapai 10.000 lebih.
“Tentu saya sangat bersyukur sekaligus bangga,” ujarnya belum lama ini.
Pria
 yang disapa Aba menuturkan, kesempatan tidak pernah diketahui
 datangnya. Untuk itu, datang. Ambil semua kesempatan yang ada dan jangan
 pernah biarkan satu kesempatan pun berlalu begitu saja.
Karena mungkin, salah satu dari sekian banyak kesempatan yang ada itu adalah milik Anda.
Awal
 tahun 2015 ada pembukaan tes CPNS di semua kementerian, lembaga dan
 badan pemerintahan baik di pusat maupun pemerintah daerah di seluruh
 Indonesia.
Waktu itu dia sudah bekerja selama dua tahun di Darmawan Silver Bali, sebuah perusahaan kerajinan perak untuk pasar luar negeri.
BKKBN,
 salah satu badan pemerintahan yang ikut dalam bursa pengadaan  CPNS 
 waktu itu. Ada formasi satu (1) orang untuk pranata komputer  dengan
 pilihan penempatan di kantor  BKKBN Perwakilan NTT. Saya melengkapi
 semua persyaratan dan mendaftar secara online.
Tahap pertama
 yaitu tahap seleksi administrasi. Dari sekitar 10.000-an pelamar yang
 datang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, hanya 5.000-an pelamar
 yang lolos seleksi administrasi.
Tahap kedua tes kemampuan
 dasar (TKD) yang diadakan di Kantor Regional II BKN Jl.Letjen S. Parman 6
 Surabaya. Dari 5.000-an pelamar tadi, yang dinyatakan lulus TKD hanya
 1.500-an pelamar.
Tahap ketiga atau tahap terakhir adalah tes
 kemampuan bidang (TKB) dan wawancara. Yang diadakan di BKKBN Perwakilan
 Provinsi NTT Jl.S.K. Lerik, Kelapa Lima, Kupang. 
Hasilnya,
 hanya 168 orang diterima dan dinyatakan sebagai CPNS di lingkungan
 BKKBN. Saya adalah satu-satunya peserta yang  dinyatakan lulus untuk
 formasi pranata komputer pada kantor BKKBN Perwakilan NTT.
“Tentunya
 saya bersyukur bercampur bangga. Lebih membanggakan lagi, saya adalah
 salah seorang alumni STIKOM Bali yang mampu memenangkan persaingan di
 tingkat nasional,” ucapnya bangga.
Diketahui, Aba bergabung
 dengan STIKOM Bali mengambil program studi Sistem Komputer setelah lulus
 dari program Diploma-2 pada Lembaga Pendidikan Bali Asia (LPBA)
 Denpasar-STIKOM Bali Group-tahun 2009.
  Hebatnya lagi, meski belum
 tamat, tahun 2011 dia mendapat tawaran bekerja pada NK Jewerly sebagai
 grapich design. Meski sibuk bekerja  tak menggangu studinya. Terbukti,
 tahun 2012 dia tamat dari STIKOM Bali.  
Berbekal ijazah
 sarjana komputer plus kemampuan presentasi dan komunikasi,  aplikasi dan
 program komputer (Microsoft Office, Adobe PhotoShop dan Corel Draw), 
 kemampuan berinternet (browshing, blogging dan web developing) dan
 fotografi, Aba mendapat tawaran pekerjaan pada Darmawan Silver sebagai
 grapich design, tahun 20012 – 2015.
Meski memiliki penghasilan
 lumayan besar, tidak membuatnya puas diri.  Karena itu begitu  informasi
 di internet ada test CPNS  BKKBN, dia ikut melamar dan berhasil.
Ada
 cerita menarik ketika dia mengikuti test di Surabaya. Sebelum berangkat
 mengikuti test, Aba mengirim pesan pendek kepada pamannya, menggunakan
 bahasa daerah Lamaholot.
“Nana go koon ata mai tubak belo kae na”. Kurang lebih artinya begini: “paman, saya berangkat berperang sekarang”.
 Jawaban sang paman makin menguatkan mentalnya. “Pana…., nenek moyang moen pia tobo mete rian kotek,” balas pamannya.
Artinya, ”jalanlah…, nenek moyangmu di sini sedang duduk menunggu kamu pulang bawa potongan kepala musuh”.
Bagi
 masyarakat Lamaholot,  komunikasi melalui short message system antara 
 Aba dengan pamannya tadi memiliki makna yang sangat dalam karena
 mengandung nilai magis.
Seperti halnya dalam budaya Lamaholot
 manakala mereka turun di  medan pertempuran dalam arti sesungguhnya,
 yakni perang. Dan kemenangan  bukan sekedar cerita melainkan dengan
 bukti fisik, yakni membawa potongan kepala musuh masuk ke dalam rumah
 adat.
Putra tunggal dari pasangan Agustinus Ulumado Lamablawa
 dan Agnes Tena Pulo ini sadar, mengikuti test di Surabaya dengan peserta
 ribuan orang yang datang dari seluruh Indonesia bukanlah perkara
 gampang.
Meski secara akademik, IPK-nya mencapai 3,2 dia tetap
 membutuhkan kekuatan leluhurnya saat turun di medan laga alias mengikuti
 tes yang sangat menentukan masa depannya.
“Saya pantas 
 berterima kasih kepada STIKOM Bali dan LPBA yang telah mendidik saya
 hingga seperti sekarang ini,” kata lelaki berkulit hitam kelahiran Sumba
 Barat Daya, 30 Oktober 1987, yang baru saja mempersunting Natalina
 Rosita di Kupang, 8 Februari 2016. (adv)
 
 

 
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
 