China Ingin Tingkatkan Hubungan dengan ASEAN

28 Oktober 2021, 19:53 WIB
AVvXsEgbXgGhl0j71Gpq8wdsBVfz44J4Q5g3Tr0MGWNehaQ5Pavoz3obUTXk7mxZAjbeh51avVFvvme x9myPKlCivykrN0mkRGQV 7uX9fTryBwfx1Ynbl9yAQZypXpcri5NQ4QmZ4QjvBB68 ubV8hXJdVjnzHT0qSgr9JnHf CkXYQ5tl Zl5Bk7uXGw
China Tingkatkan Hubungan dengan ASEAN/Dok.Burst, photo by Brodie Vissers

KabarNusa – China dikabarkan ingin meningkatkan hubungannya dengan ASEAN setelah 30 tahun sebagai mitra dialog ASEAN.

Hal ini diungkapkan oleh PM Singapura Lee Hsien Loong disela-sela pertemuan virtual tingkat tinggi ASEAN dengan PM China Li Keqiang.

Lee Hsien Loong menyampaikan hal ini dalam pernyataan resminya dimana dia juga menyatakan mendukung keinginan China tersebut sebagai kemitraan strategis yang komprehensif.

Rencana China ini mengemuka menyusul meningkatnya peran Amerika Serikat (AS)  di Asia Tenggara dan merebut kawasan ini dari pengaruh China.

PM Malaysia Ismail Sabri Yaakob juga menyatakan mendukung upaya China tersebut.

Sementara itu Thailand lebih memilih berhati-hati menanggapi isu tersebut seperti disampaikan oleh jubir pemerintah Thanakorn Wangboonkongchana. 

Ia menyatakan Thailand menginginkan Code of Conduct (CoC) di laut China Selatan diterapkan terlebih dahulu secara efektif dan substantif sesuai hukum internasional  sebelum hubungan lebih dalam dengan China dilakukan.

Negosiasi masalah kawasan laut China Selatan mengalami fase yang panjang, dan puncaknya pada bulan Agustus ketika beberapa hal berhasil disepakati.

CoC akan menjadi dasar penyelesaian sengketa laut di Laut China Selatan, di mana China, Taiwan, dan beberapa anggota ASEAN memiliki klaim yang tumpang tindih atas pulau-pulau dan jalur laut di sekitarnya.

Dorongan untuk membereskan CoC ini muncul pada awal tahun ini disaat menurunnya tensi perselisihan soal Whitsun Reef.

Whitsun Reef merupakan pulau kecil di kepulauan Spratly yang jadi sengketa antara Philipina dan China.

Hubungan China makin erat dengan sepuluh negara anggota ASEAN sejak 1991 sebagai pengamat, dan menjadi mitra dagang paling besar pada tahun lalu, kata Lee Hsien Loong dikutip dari Sputnik News, 28 Oktober 2021.

Sementara itu Li Keqiang menyatakan bahwa Regional Comprehensive Economic Partnership  (RCEP), blok perdagangan bebas terbesar di dunia, akan segera berlaku setelah Brunei selaku ketua ASEAN meratifikasinya pada awal bulan ini.

Kesepakatan blok perdagangan tersebut dapat diberlakukan setelah 15 negara meratifikasinya. 

Sejauh ini Thailand, Singapura, China, Jepang, Kamboja, dan Brunei telah melakukannya,  dan perlu tiga negara lagi dari ASEAN dan satu negara lainnya agar blok perdagangan tersebut bisa terlaksana.

Bulan lalu Menlu China Wang Yi melakukan kunjungan ke beberapa negara ASEAN guna mendorong dilakukannya ratifikasi RCEP, dengan perhatian khusus pada negara Vietnam yang sedang didekati AS. (fda)

Berita Lainnya

Terkini