![]() |
Upacara mekelem memohon keselamatan untuk aktivitas penyeberangan di Selat Bali |
Jembrana – Ratusan umat Hindu di Bali menggelar upacara Pekelem atau Larung Laut guna memohon keselamatan kepada Dewa Baruna menyusul tidak menentunya cuaca di Selat Bali.
Pos Angkatan Laut (Posal) Gilimanuk, Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Denpasar, Lantamal V memberikan bantuan pengamanan upcara Pekelem atau Larung Laut yang digelar di perairan Pelabuhan Gilimanuk, Rabu (2/10/2019).
Hadir, Komandan Posal Gilimanuk Kapten Laut (P) I Wayan Eko Santoso, Kapolsek KP3 Gilimanuk, Kasatpolair Gilimanuk, Kepala Kantor Satuan Pelabuhan Gilimanuk.
Diadakannya Pakelem yang menggunakan sarana hewan berwarna serba hitam, diharapkan ke depan aktivitas penyeberangan di Selat Bali tetap aman dan lancar di tengah kondisi cuaca yang kian tak menentu belakangan ini.
Kepala UPP Klas III Gilimanuk atau Syahbandar Gilimanuk, I Ketut Aryadana sebagai pihak penyelenggara Pakelem/Larung Laut mengatakan menyambut baik diadakannya Upacara Pakelem ini.
Upacara Pakelem diikuti ratusan Pamedek dari Desa Pekraman Gilimanuk, Jembrana, Bali. Diawali prosesi persembahyangan di Pura Segara Gilimanuk terlebih dahulu sebelum dilanjutkan menuju ke tengah Selat Bali.
Usai dari Pura Segara, iring-iringan Pemedek ini kemudian menuju dermaga Landing Craft Machine (LCM) dan naik ke Kapal Motor Penumpang (KMP) Pancar Indah bersama sejumlah hewan yang dipakai sarana Pakelem.
Bertolak dari dermaga LCM di Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk, prosesi ini kemudian berlanjut ke tengah Selat Bali dengan dikawal oleh sejumlah personel dari Pos TNI AL Gilimanuk Lanal Denpasar dan Satpolair Polres Jembrana.
Kemudian, hewan-hewan sebagai sarana Pakelem seperti seekor Kambing, Bebek dan Ayam serba berwarna hitam ini ditenggelamkan di Selat Bali.
“Ini dilakukan sebagai persembahan rasa syukur kepada Dewa penguasa lautan yakni Dewa Baruna dan meminta keselamatan serta kelancaran aktivitas penyeberangan di lintas Ketapang – Gilimanuk,” ucapnya.
Dikatakan Aryadana, upacara Pakelem merupakan bentuk Dresta sebagai umat menghaturkan Yadnya kepada Dewa Baruna. “Digelarnya upacara Pakelem ini kedepannya aktivitas penyeberangan di Selat Bali ini akan terhindar dari segala gangguan,” imbuhnya.
Gangguan marabahaya seperti kapal kandas atau gangguan penyeberangan lainnya yang kerap dipicu faktor cuaca buruk maupun diduga karena faktor niskala atau hal-hal tidak tampak (ghaib). (rhm)