Dampak La Lina Berpotensi Jadi Ancaman Bencana Hidrometeorologi

1 Oktober 2020, 14:33 WIB
Bencana banjir sebagai dampak fenomena La Lina anomali cuaca/BNPB

Jakarta – Fenomena La Lina dapat berdampak pada anomali cuaca yang
berujung pada bencana hidrometeorologi di Tanah Air meskipun sangat bergantung
pada musim dan bulan, wilayah serta intensitasnya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan bahwa
berdasarkan analisis dari potret data suhu permukaan laut di Pasifik, saat ini
La Lina sudah teraktivasi di Pasifik Timur.

Kondisi ini dapat memicu frekuensi dan curah hujan wilayah Indonesia pada
bulan-bulan ke depan hingga April tahun depan jauh lebih tinggi dibandingkan
tahun sebelumnya.

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Supari bahwa dampak La Lina dapat
memicu curah hujan yang jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi normal sehingga
potensi banjir, banjir bandang dan tanah longsor ke depan perlu diwaspadai.

Menyikapi fenomena yang berlangsung terkait cuaca dan iklim ini, ia
menyampaikan perlunya kewaspadaan terhadap kondisi hujan di atas normal pada
Oktober dasarian I dan II. Satuan dasarian yang digunakan menunjuk pada kurun
waktu sepuluh harian.

“Beberapa provinsi diperkirakan akan memasuki musim hujan pada Oktober 2020,”
kata Supari saat konferensi pers tim intelejen penanggulangan bencana yang
dilakukan secara virtual pada Rabu (30/9/2020).

Terkait La Lina, ia mengatakan bahwa dampaknya tidak seragam di seluruh
wilayah Indonesia.

Prakiraan awal musim hujan akan berlangung pada Oktober dengan wilayah
teridentifikasi di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan sebagian kecil Sulawesi,
Maluku Utara dan sebagian kecil Nusa Tenggara Barat.

Untuk wilayah Sumatera, seperti di pesisir timur Aceh, sebagian Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Bangka dan Lampung. Wilayah Jawa diprakirakan terjadi di
Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, sebagian kecil Jawa Timur.

Sedangkan di wilayah Kalimantan, potensi hujan di sebagian Kalimantan Barat,
sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara.

Melalui analisis maupun informasi peringatan dini cuaca dari BMKG, Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengharapkan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) sebagai focal point penanggulangan bencana di tingkat
provinsi, kabupaten dan kota untuk selalu waspada dan siap siaga menghadapi
potensi bahaya hidrometeorologi.

Upaya dini pencegahan dan mitigasi harus dilakukan untuk mengurangi atau pun
menghindari dampak bencana. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Dr. Raditya Jati
mengimbau masyarakat untuk melakukan upaya kesiapsiagaan, khususnya di lingkup
keluarga.

Setiap keluarga dapat memonitor dan menganalisis secara sederhan
potensi bahaya yang ada di sekitar. Melalui aplikasi berbasis teknologi informasi, InaRISK personal, kita dapat
melihat ancaman bahaya di sekitarnya.

Kemudian, diskusikan di antara anggota keluarga langkah-langkah mengantisipasi
ancaman yang mungkin terjadi, seperti mematikan aliran listrik, menyimpan
dokumen penting di tempat aman atau menyiapkan tas siaga bencana. (rmh)

Berita Lainnya

Terkini