Kabarnusa.com- Debora
Lovita Christy Pakpahan, salah seorang salah seorang pendiri NED Studio
memotivasi mahasiswa STIKOM Bali untuk terjun dalam bisnis rintisan
atau startup.
Gadis 22 tahun asal Medan ini begitu terkenal ketika keluar sebagai juara 1 Microsoft Imagine Cup dan sejumlah penghargaan ICT.
Berbekal
pengalaman itu, Debora dan Sembilan teman lainnya merintis bisnis
dengan brand Ned Studio dan menuai sukses. Dari situlah Debora didaulat
menjadi pembicara di mana-mana, termasuk di televisi guna membagi
ilmunya kepada para masyarakat, khususnya generasi muda.
Rabu (25/05/2016) Debora tampil di STIKOM Bali membawakan materi Digital Startup and Learn Methods Startup.
Debora menjelaskan, konsep utama dari lean startup adalah getting out of the building.
Yakni
berbicara langsung dengan calon pelanggan sesungguhnya untuk mengetahui
secara detil masalah penting yang dihadapi dimana mereka ingin membayar
untuk solusi tersebut.
Ini berbeda dengan konsep lama dimana
anda duduk di kantor, bermimpi suskes dan membuat produk atau layanan
yang anda asumsikan akan dibeli orang.
Menurut Debora, pertanyaan pentingnya adalah bukan “bisakah kita buat”, melainkan “perlukah kita buat”.
Langkah
berikutnya adalah melakukan test awal pasar (secepat mungkin,
menggunakan minimum viable product), untuk memvalidasi apakah produk
atau layanan tersebut menyelesaikan masalah yang dihadapi dimana
pelanggan mereka membayar untuk solusi tersebut.
“Gojek melakukan test awal pasar tahun 2008 sebelum resmi diluncurkan tahun 2015. ”Debora memberi contoh.
Alumni
Diploma-3 program studi Teknik Informatika Institut Teknologi Del,
Sumatra Utara ini lebih jauh menjelaskam, langkah berikutnya adalah
fokus ke pembelajaran secepat mungkin dan membuat penyesuaian kecil
(pivot) ketika produk atau model bisnis tidak berhasil.
Selanjutnya,
menggunakan desain iteratif dan siklus perbaikan (bulid measure learn
loop), sama dengan plan-do study adjust, untuk terus menerus memperbaiki
dengan data, customer feedback, dan kekuatan analisis.
Menerapkan
model “menghargai orang” dalam berbagai cara termasuk tidak menyalahkan
individu untuk masalah sistem, dan memastikan para investor tidak
menyiakan waktunya selama membuat produk yang tidak dibeli orang.
Terakhir
adalah memperbarui perangkat lunak dalam batch kecil. “Artinya
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membawa fitur baru untuk
perangkat lunak atau website sekaligus mengurangi resiko yang terlibat,”
sebutnya.
Kata kuncinya, demikian Debora, jangan terlalu lama berpikir tetapi segera eksekusi.
“Mumpung
kita masih muda, belum berkeluarga sehingga tidak membutuhkan biaya
banyak, saatnya kita memulai bisnis. Memang, resikonya kita kehilangan
masa muda. Tapi buat saya, lebih baik kehilangan masa muda darpida
kehilangan masa depan,” kata Debora.
Sebelumnya Ketua Asosiasi
Manajemen Indonesia (AMA) Daerah Bali I Made Sarjana, SE., MM sebagai
narasumber pertama menjelaskan, startup yang baik bukan good profit
melainkan good solution. “Aplikasi gojek memberikan solusi terbaik bagi
masyarakat pengguna jasa transportasi. Begitu gojek meledak, muncullah
uber taxi,” contoh Sarjana.
Sarjana menyarankan mahasiswa
STIKOM Bali memulai startup bidang transportasi. “Karena apa? Masalah
kemacetan lalu lintas sudah menjadi permasalahan nasional sehingga
terbuka peluang bisnis,” sebutnya.
Cara memulai startup, kata Sarjana, gunakanlah ATM atau amati, tiru,dan modifikasi.
“Aplikasi
waze (berbasis lalu lintas dan navigasi-red) hanya menampilkan arah dan
warna tertentu yang menunjukkan tingkat kepadatan lalu lintas. Itulah
maka STIKOM Bali memodifikasinya lalu menciptakan aplikasi ATCS (area
traffic control system) untuk memantau kemacetan lalu lintas melalui
live streaming,” beber Sarjana. (rsn)