Dekopin Inginkan Bunga Kredit Usaha Rakyat Sebesar 6 Persen

21 Februari 2017, 19:27 WIB
 Nyoman Sugawa Korry

DENPASAR – Usulan penurunan tingkat suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 9 persen menjadi 6 persen pertahun digulirkan anggota Majelis Pakar Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) I Nyoman Sugawa Korry.

Hal itu disampaikan Sugawa saat berdialog dengan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Rakernas Dekopin di Makasar, yang berlangsung pada 20-22 Februari 2017 .

Dihadapan sidang yang dipimpin Ketua Dekopin, Nurdin Halid, Sugawa menyatakan agar KUR bunganya bisa menjadi 6 persen pertahun, dan Gerakan Koperasi dilibatkan dalam penyaluran KUR di seluruh Indonesia.

Doktor Ilmu Ekonomi yang menjabat wakil ketua DPRD Bali ini mengatakan, usulan serupa juga pernah disampaikannya dalam dialog dengan menteri keuangan, Sri Mulyani Indrawati, akhir tahun lalu di Jakarta.

“Pada prinsinya usulan itu sangat direspon positif. Oleh karena penurunan suku bunga terkait subsidi dari APBN, maka terlebih dahulu harus dianggarkan subsidinya pada APBN,” kata Sugawa dihubungi lewat telefon, Selasa (21/2/17).

Selain mengusulkan penurunan tingkat suku bunga KUR pada Rakernas Dekopin tersebut, Sekretaris DPD Partai Golkar Provinsi Bali, ini juga mengusulkan agar Kredit Investasi Kecik (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) dikembangkan lagi dengan menyesuaikan dengan perkembangan kekiniaan.

Kata dia, KIK dan KMKP polanya sangat tepat untuk mendorong pertumbuhan UMKM dan sektor industri kecil berbasis kerakyatan. Tingginya tingkat suku bunga kredit di luar KUR,  juga mendapat sorotan anggota DPRD Bali Nyoman Tirtawan.

Tirtawan mengatakan, jika Indonesia ingin pertumbuhan ekonominya sejajar dengan negara di Eropa, maka Indonesia harus terapkan suku bunga sampai 2 persen. “Sekarang sudah 14 persen suku bunga kredit. Kalau negara-negara di Eropa hanya 2 persen,” kata politikus Partai NasDem ini.

Wakil rakyat dari Dapil Buleleng ini mengatakan, penerapan tingkat suku bunga 2 persen itu bertujuan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara masif dan real.

Menurut dia, tingginya suku bunga hingga 14 persen adalah faktor utama penghambat dan pembunuh iklim ekonomi. Kalau ingin cepat maju dan sejajar dengan negara maju seharusnya Indonesia terapkan kebijakan fiskal yang sudah teruji dan terbukti secara kasat mata.

Mudah-mudahan tidak ada mafia kebijakan ekonomi yang hanya menguntungkan orang-oranng yang hanya ada di puncak/dekat kekuasaan saja,” tegas anggota Komisi I DPRD Bali itu. (gek)

Berita Lainnya

Terkini