Aksi peselancar dalam Red Bull Night Riders tahun 2016/ foto:istimewa |
DENPASAR – Sebanyak delapan peselancar dunia bakal menunjukkan kelihaian mereka beradu gaya dan kekuatan dalam menjinakkan ombak Pantai Berawa, Canggu Kuta Utara Badung pada, Sabtu (2/9/2017) malam.
Ajang bergengsi yang dinantikan para penggila surfing dalam dan luar negeri itu digelar di depan Finn’s Beach Club yang dikemas dalam Red Bull Night Riders.
Kompetisi ini selain menantang bagi surfer profesional, juga akan menjadi suguhan dan atraksi menarik bagi penonton wisatawan lokal dan wisatawan asing itu.
Suasana bertambah semarak karena ditengah kompetisi adu style dan gaya surfing juga dipanaskan dengan hentakan musik progresif racikan DJ Hedspin asal Kanada.
Pada kompetisi surfing two-at Red Bull Night Riders itu, menghadirkan enam peselancar top seperti Marlon Gerber, Raju Sena, Bronson Meidy, Lempog Jackson, Wayan “Betet” Merta dan Rio Waida.
Sedangkan dua peselancar dunia lainnya akan diumumkan malam harinya guna menggenapi pertandingan. Menariknya, ada peselancar yang masih belia Bronson Meidy,kini berusia 13 tahun yang tentunya akan menjadi pesaing paling muda dibanding lawan-lawannya.
“Bronson ini hampir menjuarai Red Bull Nigjt Riders tahun lalu dengan selisih angka sangat kecil,” jelas Rizal Tanjung salah satu juri kejuaraan saat sesi konferensi pers. Tahun lalu, yang menjuarai ajang surfing langka itu peselancar asal Indonesia Lee Wilson.
Dikatakan Rizal yang malang melintang di dunia surfing itu, kejuaran digelar malam hari tentunya memiliki perbedaan dari sisi tantangan. Peselancar harus mampu menjaga keseimbangan karena selain ditarik jetski yang berkecepatan tinggi, dia harus bisa melihat ombak di tengah terpaan sinar lampu.
“Kalau siang hari, kan normal karena ada cahaya matahari, sekarang mau cari cahaya sorot lampu, ini lebih susah juga sebagai surfer, berdiri mata gelap ada lampu itu menyorot kita, kan susah juga mencari ombak,” tuturnya.
Pada kejuaraan ini, selain Rizal dihadirkan juri pelopor selancar Indonesia Ketut Menda. Akan ada satu pemenang yang berhak membawa pulang uang senilai Rp15 juta. Kriteria penilaian dilakukan berdasar style atau gaya, ampllitude atau loncatan dan landing atau pendaratan.
“Peselancar harus menggerakkan seluruh kemampuannya atau pulang dengan tangan kosong. Yang menjadi juara adalah peselancar yang mampu melompat dan mendarat sempurna, jadi tidak hanya bisa melompat namun kemudian harus bisa mendarat sempurna,” tandasnya.
Saat ini, cuaca baik angin dan ombak dinilai cukup baik dan layak untuk digelar kompetisi surfing yang kian menjadi gaya hidup wisatawan asing yang berlibur ke Bali.
Salah satu peserta, Rio Waida mengaku siap untuk berkompetisi dengan para peselancar dunia lainnya termasuk harus beradu kelihaian dengan peselancar lokal Bali Wayan Betet yang dikenal tangguh menaklukkan ombak.
“Ya, saya siap berkompetisi, meraih hasil terbaik,” kata Rio yang baru saja menjuarai kejuaraan surfing di Pacitan Jawa Timur itu. (rhm)