Kabarnusa.com, Denpasar – Ratusan aktivis dunia kembali menggelar demontrasi penolakan terhadap pertemuan World Trade Organization (WTO) di Nusa Dua, Bali dalam bentuk aksi teatrikal menggambarkan kemenangan negara kecil melawan negara besar.
Dalam aksinya, WTO diibaratkan hiu yang kemudian dapat dikalahkan, oleh ikan-ikan kecil sebagai simbol kekuatan negara negara miskin di dunia.
Unjuk rasa dipusatkan di Lpangan Bhajra Sandi, Renon, Denpasar sebagai kelanjutan dari aksi aksi sebelumnya yang digelar secara maraton di beberapa lokasi di Bali.
Massa melakukan aksi teatrikal yang menggambarkan keberadaan WTO sebagai ikan hiu raksasa, berusaha menyerang dan menelan mangsanya negara-negara kecil yang digambarkan ikan-ikan kecil.
Rupanya, negara-negara kecil berbalik mengalahkan hiu dengan menciptkan payung.
Kekuatan payung itu merupakan bentuk perlindungan yang kuat di negaranya sendiri. Akhirnya mereka bisa bersatu berhasul mengusir hiu sebagai simbol WTO.
“Negara-negara maju terus intensif melakukan penekanan terhadap India yang berusaha mempertahankan proposal keamanan pangan,” kata Juru bicara Gerak Lawan dan Koordinator Nasional CSF-CJI (Forum Masyarakat Sipil untuk Keadilan Iklim) Mida Saragih.
Mereka meminta Indonesia mendukung rakyatnya, proposal India dan mempertahankan posisi kelompok negara berkembang yakni G33.
Kondisi itulah yang kemudian mendasari aksii Gerak Lawan bersama Youth Food Movement (YFM) menggelar aksi teatrikal “Payung dan Ikan Kecil Bersatu,
Paket Bali yang muncul di WTO dinilai sebagai refleksi kepentingan -negara maju semata.
Kepentingan itu adalah proposal fasilitas perdagangan, paket LDCs (paket proposal negara-negara kurang berkembang) dan kepentingan pertanian serta klausul damai (Peace Clause)—yang bias kepentingan negara maju.
“Proposal Paket Bali mengancam kebijakan atau undang-undang nasional terkait pangan, petani, dan pengelolaan perlindungan pasokan pangan nasional“ kata dia mengingatkan.
Pandangan senada disampaikan Saiful Munir koordinator Youth Food Movement (YFM) atau Gerakan Anak Muda Pecinta Pangan Lokal menyatakan,
“Kami meminta Indonesia bersatu dengan negara-negara berkembang untuk tetap berdiri bersama bangsanya, yang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan nelayan skala kecil.” terangnya.
Massa mengajak rakyat seluruh dunia untuk bersolidaritas, melindungi hak-hak publik. Pangan, pertanian dan perikanan tradisional.
“Hari ini adalah keputusan terakhir di KTM WTO untuk itu pihaknya mengajak semua pihak menciptakan sejarah untuk rakyat,” tutupnya. (gek)