DENPASAR– Calon Gubernur Bali Nomor Urut 1, Wayan Koster saat dicecar pertanyaan bagaimana menangani masalah sampah dan konsep orange economy justru memberikan jawaban perlunya pembangunan di Bali yang berkelanjutan.
Pada sesi ‘tarung’ gagasan setelah melihat tayangan foto sampah dan kemacetan di Bali misalnya, Koster sempat gerogi, saat menanggapi gagasan Calon Gubernur Bali Nomor Urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra,
Bahkan, Koster mempersilahkan pasangan Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati alias Cok Ace, untuk ikut memberikan tanggapan.
Insiden kecil salah sebut dilakukan Koster yang menyebut Cok Ace sebagai calon gubernur. Padahal, dirinya yang calon gubernur, sementara Cok Ace sebagai calon wakil gubernur.
Koster juga terlihat kurang dengan lugas, ketika Rai Mantra yang tamatan S-2, Rai Mantra menanyakan bagaimana pandangan Koster soal orange economy.
“Bagaimanakah pandangan saudara kami dari pasangan calon (nomor) satu tentang orange economy?” tanya Rai Mantra, kepada Koster.
Koster sempat ragu menjawah pertanyaan Rai Mantra. Berikutnya, ia justru menyampaikan bahwa pembangunan di Bali harus memperhatikan masalah lingkungan dan berkelanjutan.
Pembangunan perekonomian di Bali tidak bisa dilakukan secara bebas dengan eksploitasi alam. Pertanian di Bali, disebutnya, bisa dijadikan sektor andalan untuk memperkuat ekonomi Bali sebagai salah satu pilar, di samping kebudayaan dan pariwisata.
“Oleh karena itu, ke depan harus betul-betul pembangunan ekonomi Bali lebih difokuskan pada perekonomian berbasis pertanian, pariwisata dan budaya,” tegas Koster.
Sementara, Dalam buku “Denpasar Smart Heritage City, Paradigma Holistik dan Strategi Aplikasinya”, akademisi Unud I Gusti Wayan Murjanayasa menulis artikel mengenai “Smart Economy Menuju Denpasar Smart Heritage City,” memberikan penjelasan mengenai orange economy yang tidak ada seperti yang disampaikan Koster.
Dalam artikel itu disebutkan bahwa orange economy merupakan ekonomi kreatif. Strategic focus sangat diperlukan dalam pengembangan orange economy, yakni harus berani menetapkan fokus pengembangan industri kreatif.
Karena itu, sangat diperlukan kajian mengenai peran ekonomi kreatif dalam perekonomian yang menjadi landasan penting dalam penyusunan roadmap industri kreatif (orange economy).
Disebutkan pula berbagai sektor industri kreatif (orange economy) yang kini telah dikenal dan berpotensi berkembang di masa depan, seperti game online, fesyen, kerajinan, kuliner, desain komunikasi visual, seni pertunjukan, dan lainnya.
Pengembangan industri ini memerlukan dukungan pembiayaan, fasilitas, dan rugulasi termasuk pemarasan dan branding.
Sementara, jawaban Koster soal orange economy hampir seluruhnya tidak terkait dengan konsep orange economy yang sesungguhnya.
Bahkan jawaban Koster, yang lulusan S-3 UNJ (Universitas Negeri Jakarta) itu kurang menukik seputar orange economy atau industri kreatif harus dikembangkan di Bali. (*)