Kabarnusa.com – Lantaran diberhentikan dari pekerjaan dan belum menerima upah kerja selama seminggu, sebanyak 21 orang buruh Hardys Lands di Jembrana, Bali terlantar.
Puluhan buruh proyek Hardys Land di Sawe, Kelurahan Dauhwaru, Jembrana, yang sebagian besar asal Bondowoso, Jawa Timur, berkumpul di salah seorang rumah warga untuk menyampaikan keluhannya, Jumat (18/9) malam.
Mereka mengaku diperlakukan tidak adil dan semena-mena oleh pihak mandor proyek. Hingga akhirnya mereka dihentikan dari pekerjaannya tanpa alasan yang jelas.
“Kami diberhentikan bekerja sudah tiga hari lalu. Jadi kami sudah menganggur disini selama tiga hari,” terang Sidahri (52), seorang tukang asal Bondowoso, Jumat (18/9/2015).
Sidahri yang mengaku sebagai pimpinan para buruh asal Bondowoso tersebut mengaku telah bekerja selama 19 hari di proyek tersebut.
Namun pasca rombongannya diberhentikan dari pekerjaan tiga hari lalu, pihak proyek belum membayar upah mereka selama 7 hari bekerja.
Bukan hanya upah selama seminggu yang belum mereka terima, pihak proyek juga telah menghentikan suplay air bersih untuk keperluan sehari-hari ke bescam mereka. Termasuk aliran listrik ke bescam diputus.
“Kami kesusahan mendapatkan air untuk mandi, kami terpaksa minta di rumah warga. Kami pernah minta air ke pihak proyek, tapi disuruh mengambil sendiri ke sungai,” ujar Sidahri.
Untuk makan sehari-hari mereka mengaku berhutang di warung di sekitar proyek lantaran mereka tidak memiliki uang. Sebenarnya mereka mengaku sering menagih upah kepada pihak proyek, namun tidak diberikan.
“Jangankan menerima upah penuh selama seminggu bekerja, kami kas bon saja tidak diberikan,” kata Mursid, buruh lainnya.
Samsuri dan Muhamad mengaku tidak masalah mereka dihentikan dari pekerjaannya dengan alasan penyortiran tenaga. Namun hendaknya pihak proyek langsung memberikan upah mereka saat dihentikan agar bisa pulang ke daerah asal.
“Masak kita disuruh berhenti bekerja, sementara upah tidak dikasi. Kami mau makan apa, apa mereka tidak mikir,” ujar Samsuri dibenarkan buruh lalinnya.
Mereka bekerja di Hardys Land dengan dibayar upah harian sebesar Rp 85 ribu untuk tukang dan Rp 65 ribu untuk upah kuli tukang. Dari 21 orang buruh tersebut 7 orang diantaranya perempuan.
Mereka meminta pihak proyek segera membayar upah mereka agar segera bisa kembali ke daerah asalnya. Apalagi tidak lama lagi hari raya Idul Adha.
Disisi lain, pihak penanggungjawab proyek Hardys Land belum bisa dikonfirmasi terkait masalah ini. Dicoba mencari di kantor Dereksinya dalam keadaan tutup.(dar)