Kabarnusa.com – Ratusan hektar kebun jati yang terdapat di sekitar Kota Negara mulai meranggas daunnya dalam beberapa hari belakangan setelah diserang ulat yang muncul secara tiba-tiba.
Ulat-ulat yang jumlahnya sangat banyak itu, memakan dauh-daun tanaman jati sehingga tidak ada yang tersisa.
Sejumlah petani jati mengaku, tidak tahu dari mana datangnya ulat-ulat tersebut.
“Serangan ulat mulai terjadi sejak sepekan ini. Saking banyaknya ulat, satu pohon jati daunnya habis dimakan dalam sehari,” ujar I Komang Sumardana, warga Pangkung Manggis, Kelurahan Baler Bale Agung, Negara, Rabu (13/1/2016).
Daun hijau yang baru tumbuh, mulai berlubang dan tinggal tulang daun yang tersisa. Semakin hari, makin banyak pohon jati yang kehilangan daun karena dimakan ulat-ulat tersebut.
Ulat yang menyerang tanaman jati ukurannya agak kecil berwarna hitam dan berbulu halus. Serangan ulat ini juga pernah terjadi beberapa tahun lalu, namun kali ini jumlahnya jauh lebih banyak.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Jembrana, I Ketut Wiratma mengaku belum tahu ada hama ulat yang menyerang daun jati.
Ia berjanji segera menurunkan petugas untuk meneliti hama ulat yang menyerang pohon jati tersebut.
Kasus ini menurutnya pernah terjadi beberapa tahun lalu saat Jembrana mengalami musim kemarau berkepanjangan.
Seharusnya saat ini sudah memasuki musim hujan. Namun karena tidak ada hujan, kupu-kupu mulai bertelur dan menetas dalam waktu singkat.
“Kalau terjadi hujan, perkembangan ulat ini bisa dibatasi sehingga tidak merusak daun-daun jati yang ada,” terangnya.
Lantaran tidak ada hujan, perkembangan ulat yang berasal dari telur kupu-kupu tersebut sangat pesat. Ulat-ulat inilah yang memakan daun jati hingga pohon jati meranggas.
Jadi, hama ini muncul karena kondisi iklim yang tidak menentu. Akibat iklim yang tidak menentu dan perkembangan ulat yang sangat cepat tidak bisa dimakan predator ulat.
Akibatnya terjadi ketidakseimbangan populasi ulat dan predator ulat yang ada.
“Untungnya ulat ini hanya berhan hidup selama sekitar empat hari. Setelah itu mereka akan berubah jadi kepompong dan mengalami metamorphose sebelum berubah menjadi kupu-kupu. Namun karena jumlahnya banyak, ulat-ulat itu seperti tidak habis-habisnya,” imbuhnya. (dar)