Menurutnya, Aliansi dengan jurnalis berkontribusi memperkuat mempublikasikan isu-isu kebutuhan komunitas dalam P2AIDS pada jajaran pengambil kebijakan di tingkat desa dan instansi terkait.
Dalam upaya memperkuat dukungan dan komitmen desa terkait dengan penerimaan isu-isu kebutuhan komunitas yang disepakati dalam pertemuan stakeholder November lalu, dilaksanakan kegiatan Diskusi Terfokus dengan jurnalis.
Perwakilan Komunitas ODHIV, Ika menyatakan terbuka bila pihak desa mau mengajak komunitas untuk ikut dalam kegiatan sosialisasi dan edukasi yang diadakan oleh pihak desa. Namun, kembali soal stigma masih menjadi kekhawatiran.
Atasi Narkoba dan HIV, PDIP Bali Ajak Kaum Milenial Hindari Seks Bebas
Komunitas ODHIV menapresiasi adanya pembentukan kader di desa, tapi anggotanya itu masih dari kalangan masyarakat umum.
“Kalau bisa kami (komunitas) bisa diajak bergabung di dalamnya sehingga bisa lebih mudah memberikan pendampingan kepada teman-teman ODHIV, termasuk lebih gampang mengetahui apa saja keinginan atau informasi yang dibutuhkan oleh ODHIV,” tuturnya.
Selama ini, kegiatan sosialisasi atau edukasi yang dijalankan pihak desa cenderung menyasar kalangan anak muda di Banjar atau Sekaa Teruna Teruni (STT) dan PKK. Padahal, di tiap Banjar kerap ada kegiatan sangkep (pertemuan) yang juga dipandang efektif untuk menyelipkan sosialisasi.
Tumbuh Dua Digit, Penghimpunan DPK di Bali Tembus Rp163,94 Triliun
FPA Bali melalui program Mendorong Anggaran berbasis Hak Asasi Manusia (HAM) di Kota Denpasar, telah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai pemahaman bersama dalam proses penganggaran dan pengakuan keberadaan peran komunitas pada kegiatan penanggulangan AIDS dan adanya kesesuaian kebutuhan komunitas terkait dengan pelayanan kesehatan.
Dalam nomenklatur anggaran kesehatan tersebut diperuntukkan pelayanan kesehatan bagi orang risiko terinfeksi HIV dan ODHIV (komunitas). Sebagai tindak lanjutnya adalah dilakukan Program Advokasi P2AIDS Berbasis Komunitas.
Hal ini dimaksudkan agar komunitas memiliki bargaining position yang lebih kuat dalam merealisasikan kebutuhan komunitas melalui pelibatan langsung pada perencanaan dan penganggaran dari awal sampai pada tingkat kota.
Wagub Bali Sebut Kafe Masuk Desa Picu Angka HIV/AIDS
Pada kesempatan itu, Kader Desa Peduli AIDS dari Desa Dauh Puri Kelod, Nyoman Mardika dan Eka Santika menyambut baik kerja sama atau sinergi antara kader dan komunitas.
Kata Nyoman Mardika, terpenting adanya data yang valid. Namun sebelumnya, pihaknya menginginkan ada pelatihan tentang teknik komunikasi dengan ODHIV agar tidak terjadi ketersinggungan atau masalah baru.
Desa Dauh Puri Kelod sudah siap menerima tentang bagaimana penanganan terhadap ODHIV. Kami tetap melakukan pendampingan, dan juga merancang program-program strategis.
Tim Medis Lapas Tabanan Lakukan Tes Antropometri
Sejauh ini program yang dijalankan masih sebatas sosialisasi, edukasi, preventif dan preemtif terkait penanggulangan HIV/AIDS kepada warga.
Diakuinya, selama ini masih menganggap nol kasus karena adanya kerahasiaan data ODHIV. Bilamana nantinya ada data yang masuk ke kader maka pihaknya akan membutuhkan pendampingan untuk melakukan pendekatan kepada ODHIV.
Pada prinsipnya, desa siap sosialisasi dan penanganan terhadap ODHIV, termasuk jika ada regulasi yang membenarkan untuk pendanaan atau pemberian bantuan kepada mereka.
Program Sisternet Tingkatkan Kemampuan UMKM Perempuan dalam Literasi Keuangan dan Digital hingga Kewirausahaan di Malang
“Kita lihat regulasi dulu agar tidak salah,” imbuh Nyoman Mardika***