Kabarnusa.com – Ditengah perseteruan investor dengan manajemen Garuda Wisnu Kencana (GWK) dengan para pemilik toko Plaza Amata aktivitas perekonomian di kawasan itu tetap bergairah menyusul rencana beroperasinya sejumlah tenantt toko di kawasan tersebut.
“Tidak ada pilihan lain, meski merugi selama 13 tahun dan kami tidak bisa tenang, kami tetap harus beraktivitas membuka toko,” terang salah satu pemilik toko di Plaza Amata Hendra Dinata alias Sinyo kepada awak media Selasa (20/10/2015).
Bersama para pemilik toko lainnya, Sinyo bertekad menghidupkan kembali aktivitas kawasan itu dalam menyambut wisatawan, di salah satu obyek andalan di Kabupaten Badung dan menjadi ikon baru pariwisata Bali itu.
Untuk tahap awal ini, sejumlah pengusaha yang berinvetasi di Plaza Amata akan memulai usaha menjajakan berbagai barang dan produk yang ditawarkan kepada masyarakat, wisatawan yang datang ke GWK.
“Sekarang dalam tahap persiapan toko , SDM , mudah-mudahan bulan November ini sudah bisa beroperasi kembali,” kata Sinyo yang seorang kolektor lukisan itu.
Beberapa pemilik toko yang akan segera beroperasi seperti perawatan Spa, restoran dan beberapa perusahaan lainnya akan membuka kantor di sana.
Diharapkan, pemilik toko lainnya juga akan segera menjalankan roda bisnisnya. Termasuk juga pada awal tahun 2016, nanti akan segera dibuka food court yang akan menjadi pilihan kuliner yang menarik bagi wisatawan.
Menurut SInyo, dengan kembali beroperasinya beberapa toko di Plaza Amata, diharapkan semakin memberi kontribusi positif bagi pariwisata di GWK dan Bali umumnya.
Apalagi, juga akan banyak tenaga kerja yang diperkerjakan sehingga bisa memberikan lapangan pekerjaan dan membantu ekonomi masyarakat sekitar.
Disinggung soal konflik dengan manajemen yang belum tuntas seperti pemagaran tembok dan dihambatnya akses jalan masuk ke pertokoan, Sinyo menyatakan bersama ratusan pemilik toko lainnya masih berupaya melakukan pendekatan dan berbagai macam cara agar didapat penyelesaian terbaik.
Pihaknya hanya ingin berdamai. Pemerintah harus selektif terhadap investor, jangan hit and run dan harus berkontribusi untuk Bali.
Jangan sampai dibodoh-bodohi terus oleh investor yang jahat. Kenyataannya seperti itu terjadi sebagaimana dalam kisruh GWK.
Dia melihat investor besar seperti PT Alam Sutera ingin menunggu pemilik toko Plaza Amata menyerah.
“Saya tegaskan di sini sampai matipun siap dan tidak akan mundur menghadapi persoalan ini sampai selesai. Kami tetap akan berjuang sampai kapanpun, tidak ada kata menyerah untuk memperjuangkan hak-hak kami, ” tegas Sinyo.
Kata Sinyo sebenarnya, masalahnya sederhana termasuk dengan Edy Sukamto selaku pihak manajemen.
“Kami hanya ingin investor alam sutera duduk bareng. Ada apa edy sukamto dengan alam sutera ini tidak berani datang-datang padahal sudah sering diundang,” tutur dia.
Untuk itu, pihaknya berharap pemerintah Provinsi Bali dapat lebih arif dan bijaksana dalam menyikapi persoalan yang membelit di GWK, demi kepentingan pariwisata Bali yang lebih luas,
“Kami harapkan, pemerintah berisikap tegas terhadap investor, jangan sampai meloloskan investor yang hanya mau mengeruk keuntungan namun mengurbankan kepentingan masyarakat dan pengusaha lokal di Bali,” tandasnya. (rhm)