DJP Hapus Sanksi Pajak: Ini Detail Lengkapnya!

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Pajak Dwi Astuti mengungkapkan, keputusan ini memuat kebijakan penghapusan sanksi administratif dikenakan atas keterlambatan pembayaran dan/atau penyetoran pajak terutang

1 Maret 2025, 19:08 WIB

Jakarta – Guna menjamin kepastian hukum dalam implementasi sistem Coretax DJP, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 67/PJ/2025 pada tanggal 27 Februari 2025.

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Pajak Dwi Astuti mengungkapkan, keputusan ini memuat kebijakan penghapusan sanksi administratif yang dikenakan atas keterlambatan pembayaran dan/atau penyetoran pajak terutang.

“Serta keterlambatan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) yang berkaitan dengan implementasi Coretax DJP,” tutur Dwi Astuti dalam keterangan tertulis 28 Februari 2025.

Adapun pokok-pokok penetapan keputusan tersebut adalah sebagai berikut:

  • Wajib Pajak diberikan penghapusan sanksi administratif atas keterlambatan pembayaran dan/atau penyetoran pajak, serta pelaporan atau penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT).
  • Penghapusan sanksi administratif atas keterlambatan pembayaran dan/atau penyetoran pajak diberikan atas:

Lebih lanjut, Dwi Astuti menjelaskan, penghapusan sanksi administratif berlaku untuk keterlambatan pembayaran/penyetoran pajak berikut:

PPh Pasal 4(2) (kecuali pengalihan tanah/bangunan), PPh 15, 21, 22, 23, 25, 26 Masa Pajak Januari 2025 (pembayaran setelah jatuh tempo hingga 28 Februari 2025).

PPh Pasal 4(2) pengalihan tanah/bangunan Masa Pajak Desember 2024 (setor setelah jatuh tempo hingga 31 Januari 2025) dan Masa Pajak Februari 2025 (setor setelah jatuh tempo hingga 28 Februari 2025).

PPN/PPN dan PPnBM Masa Pajak Januari 2025 (setor setelah jatuh tempo hingga 10 Maret 2025.

Bea Meterai yang dipungut Pemungut Bea Meterai untuk Masa Pajak Desember 2024 yang disetor setelah jatuh tempo sampai dengan 31 Januari 2025 dan Masa Pajak Januari 2025 yang disetor setelah jatuh tempo sampai dengan 28 Februari 2025.

Penghapusan sanksi administratif berlaku untuk keterlambatan pelaporan/penyampaian SPT berikut:

SPT Masa PPh 21/26 dan SPT Masa Unifikasi:

Masa Pajak Januari 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 28 Februari 2025).
Masa Pajak Februari 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 31 Maret 2025).
Masa Pajak Maret 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 30 April 2025).

Pelaporan PPh Pasal 4(2) pengalihan tanah/bangunan:

Masa Pajak Desember 2024 (lapor setelah jatuh tempo hingga 31 Januari 2025).
Masa Pajak Januari 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 28 Februari 2025).
Masa Pajak Februari 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 31 Maret 2025).
Masa Pajak Maret 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 30 April 2025).

Penghapusan sanksi administratif berlaku untuk keterlambatan pelaporan/penyampaian SPT berikut:

Pelaporan PPh Pasal 4(2) usaha peredaran bruto tertentu dan PPh 25:

Masa Pajak Januari 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 28 Februari 2025).
Masa Pajak Februari 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 31 Maret 2025).
Masa Pajak Maret 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 30 April 2025).

SPT Masa PPN:

Masa Pajak Januari 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 10 Maret 2025).
Masa Pajak Februari 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 10 April 2025).
Masa Pajak Maret 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 10 Mei 2025).

SPT Masa Bea Meterai:

Masa Pajak Desember 2024 (lapor setelah jatuh tempo hingga 31 Januari 2025).
Masa Pajak Januari 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 28 Februari 2025).
Masa Pajak Februari 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 31 Maret 2025).
Masa Pajak Maret 2025 (lapor setelah jatuh tempo hingga 30 April 2025).

“Penghapusan sanksi administratif akan dilakukan dengan tidak menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP). Jika STP telah diterbitkan sebelum keputusan ini berlaku, sanksi administratif akan dihapus secara jabatan,” demikian Dwi Astuti. ***

Berita Lainnya

Terkini