Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih didampingi Group Brand Manager PT Hexpharm Jaya Sri Wiyanti Cahya |
Denpasar – Memasuki era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) para dokter diingatkan agar membekali diri tidak hanya kemampuan pelayanan klinis namun juga kemampuan dalam pengelolaan manajemen pelayanan klinik.
Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih menegaskan hal itu di sela Hexpharm Jaya Learning Forum (HJLF) yang mengangkat tema “Clinic Management Talk” di Hotel Harris Denpasar, Minggu (15/9/2019).
Menurutnya, forum seperti HJLF cukup penting bagi dokter, untuk bagaimana mereka tidak hanya menambah keahlian dalam ketatalaksana medis namun juga bagaimana mengelola secara manajemen pelayanannya.
Semasa kuliah, dokter tidak pernah diajari bagaimana manajemen pengelolaan pelayanan, manajemen klinik, mengelola Puskesmas, rumah sakit.
Dalam era JKN, pengelolaan manajemen itu memjadi sesuatu yang sangat penting diketahui dokter. Kalau tidak bisa mengelola manajemen maka akan kesulitan di era JKN.
Pasalnya, dalam JKN itu ada kendali mutu dan kendali biaya. “Dahulu, tidak ada kendali mutu dan biaya sehingga tarif itu bisa menurut seleranya, sekarang tidak bisa,” tegas Faqih.
Karena sekarang, dokter harus bisa memberikan pelayanan menjadi baik. Pelayanan baik, mutu baik tetapi operasional dari pelayanan itu tetap bisa memadai, itu yang penting.
Apalagi, dokter itu sebagai leader atau pemimpin, bukan hanya orang yang bisa memberikan treatment tetapi dalam pelayanan, dokter itu menjadi pemimpin manajemen.
“Jika hanya mampu dalam kemampuan klinis maka di era JKN, dia akan kewalahan,” katanya mengingatkan. Kegiatan HJLF yang dihadiri 200 dokter umum dan spesialis di Bali itu digelar PT Kalbe Farma (Kalbe) melalui anak perusahaan PT Hexpharm Jaya.
Kegiatan edukasi yang dibuka Dr Fery Rahman selaku Ketua Panitia HJ Learning Forum, para dokter mendapatkan edukasi tentang manajemen terutama klinik pratama agar dapat mendukung pemerintah dalam program BPJS.
Group Brand Manager PT Hexpharm Jaya Sri Wiyanti Cahya menambahkan, seiring meningkatnya peserta BPJS diharapkan ada peningkatan kualitas pelayanan. Jika jumlah peserta banyak maka pelayanan akan meningkat sehingga diharapkan lewat lewat HJLF ini, bisa mendukung kualitas pelayanan lebih baik lagi.
“Ini merupakan komitmen Kalbe untuk meningkatan Indonesia menjadi lebih sehat, jadi juga sesuai misi Hexpharm Jaya,” sambungnya. Wiyanti mengungkapkan, para dokter perlu mengetahui bagaimana membuat manajemen klinik yang baik.
Bagaimana penggarapan klinik di era BPJS ini.
Dengan era BPJS ini, tentunya banyak fasilitas kesehatan (faskses) pertama yang didatangi masyarakat sehingga para dokter perlu dibekali manajemen yang baik sehingga dapat memberikan pelayanaan yang baik kepada masyarakat.
Diketahui, HJLF tahun ini merupakan tahun ketiga penyelenggaraan dengan target pelaksanaan di 8 kota, Yogyakarta, Padang, Balikpapan, Denpasar, Semarang, Jambi, Jember dan Jakarta.
“HJ Learning Forum ini bertujuan agar para dokter dapat memahami management klinik terutama klinik pratama agar dapar mendukung program pemerintah (BPJS),” ujarnya.
Pihaknya menggelar program edukasi bagi para dokter untuk mendapatkan wawasan dan informasi terbaru mengenai risk management cardiometabolic beserta pentatalaksanaan disiplidemia dengan terapi golongan statin.
Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian dan komitmen Kalbe dalam meningkatkan Indonesia yang lebih sehat sesuai dengan misi Kalbe.
Ketersediaan Faskes I dibutuhkan seiring dengan peningkatan jumlah peserta BPJS. Hal ini perlu diperhatikan klinik sebagai faskes I adalah ketersediaan sarana dan prasarana, aspek penanganann yang praktis, cepat dan mumpuni.
Program BPJS telah memasuki tahun keempat ini telah memiliki jumlah peserta lebih dari 175 juta warga. Dengan bertambahnya peserta program BPJS, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi.
Dengan begitu, HJ Learning Forum diharapkan dapat mendukung kualitas klinik di Indonesia. (rhm)