![]() |
Dr Faruk HT (foto:kompas) |
YOGAYAKARTA – Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof. Dr. Faruk mengingatkan pentingnya membangun strategi kebudayaan dalam menghadapi revolusi gelombang ketiga yang ditandai ledakan informasi.
Hal itu disampaikan Faruk dalam Pidato Ilmiah Dies Natalis FIB yang menyoroti jiwa nasionalisme masyarakat Indonesia semakin tergerus seiring globalisasi.
Ia menilai dalam menghadapi revolusi gelombang ketiga, masyarakat dan kebudayaan Indonesia bisa kehilangan kemampuan untuk mempertahankan kontrolnya terhadap euforia terhadap perbedaan yang terus berkembang.
“Mereka dapat menjadi korban ledakan informasi sehingga subjektivitas mereka pecah berkeping-keping. Demikian pula nasionalisme dan bahkan mungkin negara dan bangsanya,” terangnya dikutip dalam laman ugm.ac.id.
Revolusi gelombang ketiga ini bisa membuat Indonesia menjadi tidak pernah keluar dari rentang panjang sejarah yang menegakkan kebangsaan. Namun, dengan sikap visioner, sabar, dan terkendali dapat membebaskan Indonesia dari belenggu sejarah itu.
“Oleh karena itu, penting untuk segera dirancang sebuah strategi kebudayaan dalam menghadapi, menangani, dan mengendalikan perubahan revolusioner tersebut,” tegasnya. Menyampaikan pidato ilmiah “Krisis Nasionalisme: Sebuah Renungan Strategis”, Faruk menekankan pentingnya upaya membangun nasionalisme.
Usaha membangun nasionalisme Indonesia menjadi realitas kultural yang harus bermula dari pemerintahan yang juga nasionalis. Membangun nasionalisme juga dapat dilakukan dengan penegakkan hukum secara adil, tidak pandang bulu, serta tidak tebang pilih.
“Jika persoalan nasionalisme tidak ditangani dengan pandangan jauh ke depan, hanya dengan cara instan dan tambal sulam maka Indonesia hanya akan berjalan di tempat dan krisis akan selalu datang berulang,” tutupnya. (des)