KUDUS – Cendekiawan muslim asal Syiria Dr. Mahir Hasan Al-Munajjid mengungkapkan bagi seorang muslim, bisa membaca al-Qur’an adalah merupakan bagian dari nikmat (karunia) yang diberikan oleh Allah SWT.
“Sebab, tak sedikit juga orang Islam yang tidak bisa membaca al-Qur’an,” kata Mahir. dalam Halaqah Qur’aniyyah yang diselenggarakan oleh Universitas Muria Kudus (UMK), Jum’at (20/1/2017).
Dikatakan, bisa membaca al-Qur’an merupakan nikmat yang luar biasa. Selain itu, al-Qur’an juga membawa manfaat baik di dunia maupun di akhirat. Mengutip pernyataan Imam Syafi’i, bahwa siapa saja yang ingin meraih kebahagiaan di dunia, maka dengan al-Qur’an.
“Barang siapa yang ingin bahagia di akhirat, maka dengan al-Qur’an. Dan barang siapa yang ingin bahagia di dunia maupun akhirat, ya dengan al-Qur’an,” sambungnya. Al-Qur’an bersama amal shalih, adalah penolong kita kelak setelah menemui kematian.
Terkait hukum-hukum positif yang ada di Indonesia, dia melihat banyak yang untuk kemaslahatan (kebaikan) masyarakat meskipun tidak secara tegas mengambil sumber dari al-Qur’an. “Contohnya Undang-Undang (UU) Lalu Lintas. UU ini adalah untuk kemaslahatan”, tuturnya di hadapan sekitar seratus peserta halaqah yang terdiri atas pelajar, dosen, guru, hingga pengasuh pesantren.
.
Terkait maqalah al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf (sab’atu ahruf), Mahir menilai, yang dimaksud adalah tujuh dialek, sehingga kemudian dikenal ada qira’at sab’ah, bahkan ada qira’at asyrah.
“Namun ada dua syarat, siapapun yang hendak mempelajari baik qira’at sab’ah maupun qira’at asyrah, pertama harus benar-benar menguasai satu qiraat terlebih dahulu dan menguasai kitab Syathibiyyah”, demikian Mahir (des))