Tabanan – Sebuah babak baru dalam kancah seni dan budaya Indonesia dibuka hari ini dengan peresmian FOTO Bali Festival edisi pertama di Nuanu Creative City.
Festival akan berlangsung selama 23 hari ini, mulai 26 Juli hingga 17 Agustus 2025, menampilkan 32 proyek fotografi dari 34 seniman yang berasal dari 10 negara, meliputi 241 cetakan, 3 multimedia, dan 5 buku foto.
Pembukaan ini menandai standar baru untuk acara fotografi kontemporer di Bali, dengan serangkaian pameran, lokakarya, dialog, dan tur.

Mengusung tema “LIFE—KEHIDUPAN”, festival ini mengeksplorasi makna hidup dalam segala keberagamannya. Tema ini dipilih karena sifatnya yang terbuka dan tidak terbatas pada satu definisi tunggal, memberikan ruang bagi para seniman untuk merenungkan makna duka, memori, dan perjalanan memulai kembali.
Karya-karya yang dipamerkan mencerminkan kesedihan, keintiman, ketahanan, dan kebaruan, yang masing-masing lahir dari pengalaman pribadi dan konteks budaya para seniman.
“Proses kurasi membawa kami menelaah kembali ruang yang sering terlupakan,” ujar Ng Swan Ti dan Gatari Surya Kusuma, Tim Kurator FOTO Bali Festival 2025.
Pihaknya terhipnotis dengan seniman yang nyaman dengan ketidakpastian. Selama proses kurasi, kami ditantang dan diminta untuk melambat dan tetap terbuka. Ini terjadi karena kepercayaan Nuanu, kami tidak ditekan untuk harus menjelaskan, hanya kebebasan untuk membangun. Nilai ini menjadi landasan dari festival ini.”
Pameran FOTO Bali Festival 2025 diselenggarakan di tiga lokasi berbeda dalam Nuanu Creative City: Labyrinth Art Gallery, Labyrinth Garden, dan Popper’s Triangle. etiap lokasi didesain untuk menyajikan narasi visual yang berbeda, memperkaya pengalaman pengunjung.
Festival ini menampilkan seniman-seniman terkemuka dari Asia Tenggara dan mancanegara, termasuk Ali Monis Naqvi, Arum Dayu, Atal Pamo, Azkaluna, Carolina Krieger, Catharine Neilson, Divya Cowasji, Ennuh Tiu, Gabriella Morton, Gorkey Patwal & Anubha Verma, I Wayan Ade Saputra, Karolina Gembara, Kim Hak, Kresnanta, Lê Nguyên Phương, Mediana Tahir, Rangga Yudhistira & Wulang Sunu, Reza Kutjh, Rivo Abdulhaq, Rony Zakaria, Rugun Sirait, Ryan Andrew, Shindy Lestari, Shwe Wutt Hmon, Sophal Neak, Swastik Pal, Tomasz Lazar, Vickram Sombu, Yoese Mariam, Yoppy Pieter, Yusi Yuansa, dan Zishaan A Latif.
“Festival ini adalah sebuah pengingat akan apa yang mungkin terjadi ketika sekelompok orang yang benar-benar peduli terhadap seni berkumpul dan berkolaborasi,” ungkap Kelsang Dolma, Direktur Festival FOTO Bali Festival.
Dirinya bangga sekali dengan apa yang sudah dibangun oleh tim ini—cepat, matang, dan dengan sepenuh hati.
Sebagai edisi pertama, respons yang kami terima sangat beragam, dan ini menjadi sumber motivasi untuk terus maju ke depan. Fotografi tidak selalu mendapat ruang yang pantas di belahan wilayah ini. Inilah cara kami memulai untuk mengubah itu.”
Selain pameran, festival ini juga menyelenggarakan sekitar 25 sesi diskusi yang dipimpin oleh lebih dari 20 pembicara dan fasilitator.
Program ini sangat beragam, mulai dari eksperimen ruang gelap dan laboratorium visual storytelling, hingga diskusi panel dan tur, yang dipandu oleh figur-figur penting dalam dunia fotografi kontemporer.
Para pembicara yang terlibat antara lain Beawiharta, jurnalis foto veteran; Edy Purnomo, yang menjembatani memori dan gambar melalui edukasi dan praktik; dan Film Photography Club, kolektif yang berdedikasi untuk menghidupkan kembali teknik-teknik analog.
Acara ini juga akan dihadiri oleh fotografer dokumenter dan dosen asal Manila, Veejay Villafranca, serta dari India, Anshika Varma, seorang kurator, penerbit, dan seniman yang mengeksplorasi budaya visual dari berbagai disiplin ilmu.
Pembukaan FOTO Bali Festival akan dimeriahkan dengan Nuanu Nights, acara bulanan yang merayakan musik, budaya, dan gerakan di seluruh kawasan.
Sorotan acara Nuanu Nights termasuk penampilan khusus di instalasi seni ikonik karya Daniel Popper, Earth Sentinels, tarian tradisional di Amphitheatre, dan pertunjukan musik langsung sepanjang malam. ***