Ketika Lanskap Berbicara: Pemberontakan Seni Theresia Agustina Sitompul

Seniman Erica Hestu Wahyuni, Mola, Ni Nyoman Sani, Theresia Agustina Sitompul, dan Yasumi Ishii, dengan keragaman modus, media, dan artikulasi, menghadirkan "kesenian" dalam spektrum yang kaya.

8 Maret 2025, 12:04 WIB

Denpasar – “Denyar Renjana” bukan sekadar pameran, melainkan getaran jiwa, pancaran hasrat yang dilandasi cinta, merambat ke segala penjuru. Ia menjadi kanvas bagi lima seniman, masing-masing dengan keunikan ekspresi.

Di balik perbedaan itu, tersemat kesamaan: gairah membara dalam mewujudkan karya. Setiap karya adalah manifestasi penghayatan mendalam, eksplorasi tema, teknik, dan gagasan yang diwujudkan dengan determinasi tinggi.

Erica Hestu Wahyuni, Mola, Ni Nyoman Sani, Theresia Agustina Sitompul, dan Yasumi Ishii, dengan keragaman modus, media, dan artikulasi, menghadirkan “kesenian” dalam spektrum yang kaya. Karya-karya mereka dipamerkan di Santrian Art Gallery, Sanur Denpasar selama satu bulan mulai Jumat 7 Maret 2025.

IMG 20250307 193947 11zon

Bayangkan “Denyar Renjana” sebagai bisikan inspirasi, memandu setiap seniman dalam menciptakan karya. Pameran ini bukan sekadar pesta visual, melainkan perjalanan emosional.

Gairah dan gagasan yang tercurah di dalamnya mampu menyentuh hati, menghadirkan karya-karya yang akan terus dikenang dalam perkembangan seni rupa.

Dalam pameran “Denyar Renjana,” Theresia Agustina Sitompul (There) membawa kita pada perjalanan yang penuh kejutan melalui karya-karya “domestic landscape.”

IMG 20250307 194527 11zon

Karya-karya ini tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga menantang pemikiran kita. There dengan berani bermain-main dengan batas-batas konvensi, menciptakan dialog yang mempertanyakan sejarah seni rupa Indonesia.

Salah satu fokusnya adalah era Mooi Indie, di mana ia mencoba membongkar kembali narasi tentang keindahan bentang alam Nusantara yang selama ini kita kenal.

Lanskap Mooi Indie yang ikonik sering kali menampilkan pemandangan yang luas dan megah, tetapi jarang menangkap kehidupan sehari-hari masyarakat. Detail-detail sosial, ekonomi, dan domestik seolah-olah dihilangkan dari kanvas.

There, dalam pameran ini, mengambil arah yang berbeda. Alih-alih menggunakan teknik lukis tradisional, ia memilih carbon press, sebuah teknik seni cetak, untuk menciptakan “domestic landscape.”

Ini adalah cara There untuk menantang konvensi dan memberikan suara kepada narasi yang terabaikan. ***

Berita Lainnya

Terkini