Karangasem – Konsorsium Sukla Project menggaungkan gerakan wisata bersih bersama Kementerian Pariwisata dalam mewujudkan melalui pengelolaan sampah yang efektif di destinasi wisata di Pulau Bali.
Gerakan wisata bersih ini sebagai Langkah nyata, Kerja Bersama/Kolaborasi dengan GoTo Impact Foundation (Project Catalyst Changemakers Ecosystem ) melalui Konsorsium Sukla Project.
Sukla Project merupakan hasil kolaborasi Bali Waste Cycle, Rebricks, dan Wastehub®, sebagai langkah inisiatif mengajak masyarakat Desa Adat Besakih dan Menanga untuk menciptakan desa yang bersih dan sehat melalui pengelolaan sampah terpadu dalam rangka menjaga lingkungan Bali sehingga membuat ekonomi sirkular hijau menjadi nyata.

Selain menggandeng GoTo Foundation dan Konsorsium Sukla Project kolaborasi kali ini juga dilaksanakan hasil kolaborasi Dinas Provinsi Bali, Dinas Kabupaten Karangasem, Pemerintah Desa Besakih, Pemerintah Desa Menanga, Media, dan stakeholder lainnya.
Kemenpar RI mendukung Proyek Sukla setelah beberapa bulan lalu meninjau langsung perkembangannya di Desa Besakih.
Sebagaimana dikatakan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Hariyanto, yang mengapresiasi GoTo Impact Foundation (Project Catalyst Changemakers Ecosystem ) melalui Konsorsium Sukla Project.

Menurut Hariyanto, acara ini sejalan agenda program quick wins Kementerian Pariwisata tahun 2024: Road to Gerakan Wisata Bersih, Melalui Edukasi Pengelolaan Sampah yang Efektif di Destinasi Pariwisata Menuju Desa Adat Bersih dan Sehat”
Wakil Menteri Pariwisata RI, Ni Luh Puspa, mengapresiasi Proyek Sukla karena sejalan agenda nasional desa adat bersih dan sehat.
“Dari proyek kolaborasi ini, kami melihat bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak inisiatif seperti ini agar kita bersama-sama bisa memajukan bangsa,” kata Ni Luh Puspa dalam keterangan resminya Kamis 21 November 2024.
Harapannya, kolaborasi lintas sektor yang benar-benar melibatkan dapat menjadi contoh bagi desa adat lainnya di Indonesia.
Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pemilahan sampah dan dampaknya bagi kader bank sampah dan Masyarakat, serta meningkatkan keterampilan membuat produk ramah lingkungan yang mendukung operasional TPS3R.
Kegiatan kali ini dihadiri 80 peserta yang terdiri dari Kader bank sampah potensial di Desa Adat Besakih & Desa Adat Menanga; Tokoh masyarakat desa (Kelian Banjar); Masyarakat umum perwakilan banjar, serta talenta muda mahasiswa magang di Desa Besakih.
Perwakilan konsorsium Proyek Sukla Olivia Padang, menjelaskan, sejauh ini pengolahan sampah di TPS3R Palak telah meningkat dan mengurangi kebocoran sampah ke lingkungan. Sampah diolah menjadi RDF, produk ramah lingkungan, dan kompos.
Pihaknya telah menjalankan edukasi kepada 2.281 keluarga, namun kami masih menemukan tantangan dalam mengajak masyarakat untuk lebih aktif terlibat, karena solusi ini harus menjadi milik bersama.
Ditegaskannya, selain tantangan, juga ada peluang baru dari dukungan Kemenpar RI untuk mendorong kesadaran masyarakat agar terlibat lebih aktif.
Untuk menyelesaikan masalah bersama, inovasi perlu datang dari masyarakat dan dijalankan oleh masyarakat, bukan hanya oleh kami sebagai penggagas proyek maupun pemerintah.
Proyek ini juga mulai memperluas jangkauan ke Desa Menanga, yang dihuni oleh lebih dari 7.000 warga namun belum memiliki pengelolaan sampah yang optimal,” tambah Olivia.
Acara Road to Gerakan Wisata Bersih, Melalui Edukasi Pengelolaan Sampah yang Efektif di Destinasi Pariwisata Menuju Desa Adat Bersih dan Sehat berisi kegiatan pelatihan menggabungkan penyampaian materi dan diskusi pendirian dan pengelolaan bank sampah.
Kemudian, praktik langsung pemilahan jenis sampah dan pembuatan roster dari sampah plastik residu, studi kasus dari pengelolaan sampah di desa lain di sekitar Desa Besakih, Kabupaten Karangasem dan evaluasi lewat tugas kelompok.
Output diharapkan Terbentuknya kader bank sampah yang kompeten min 70% dari total banjar di Desa Adat Besakih & Desa Adat Menanga sekaligus sebagai Satgas Gerakan Wisata Bersih Level Desa, peningkatan kesadaran pengelolaan sampah, dan penciptaan produk ramah lingkungan dari sampah sehingga menambah sumber pemasukan.
Proyek Sukla hasil kolaborasi Bali Waste Cycle, Rebricks, dimulai pada November 2023 diawali dengan Nota Kesepahaman kerjasama antara Kementerian Pariwisata dengan GoTo Impact Foundation melalui Program Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 2.0 .
Diketahui,program tersebut merupakan salah satu upaya akselerasi pembangunan yang tangguh menghadapi perubahan iklim dengan cara memobilisasi agen-agen perubahan, pendanaan, pengetahuan dan keahlian untuk berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan sampah di Indonesia.
Melalui program CCE tersebut, pada tahun 2023 telah terpilih 3 lokasi proyek percontohan yaitu: (1) Desa Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali; (2) Kabupaten Samosir, Sumatra Utara; dan (3) Desa Golo Mori, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur dan telah melaksanakan implementasi program di tahun 2024.
Kemudian pada tahun 2024, P rogram Catalyst Changemakers Ecosystem CCE 3 .0 telah selesai melaksanakan kontestasi (CCE), yaitu : (1) Kabupaten Belitung, Bangka Belitung; (2) Kabupaten Magelang, Jawa Tengah; (3) Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat; dan (4) Kabupaten Malang, Jawa Timur yang akan mengimplementasikan program di tahun 2025.
Pengalaman GIF selama ini menunjukkan bahwa pelibatan masyarakat adalah kunci dalam menyelesaikan permasalahan secara tepat.
Chairperson GoTo Impact Foundation, Monica Oudang menyampaikan, “GIF berkomitmen untuk terus mencari cara yang lebih efektif dalam melakukan perubahan sistemik.
“Lewat CCE, kami menyatukan startup, organisasi nonprofit, dan berbagai pemangku kepentingan untuk berinovasi bersama agar solusi yang dihasilkan memberikan manfaat nyata, termasuk bagi masyarakat lokal,” ungkap Monica Oudang.
Proyek Sukla ini juga menggandeng BUMDesa Dharma Artha Basuki Desa Besakih, berpusat di TPS3R Palak untuk menangani masalah sampah melalui penerapan ekonomi sirkular.
Pendekatan yang digunakan meliputi pengumpulan sampah, produksi RDF, pembuatan produk ramah lingkungan, serta edukasi yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat. **