Geliat Bisnis dan Hiburan Revayah Plaza Semarakkan Kawasan GWK

1 Agustus 2018, 00:00 WIB
sinyo
Ketua Perkumpulan Pemilik Revayah Plaza Hendra Dinata

DENPASAR – Ikon wisata Bali Selatan kawasan Garuda Wisnu kencana (GWK) di Desa Ungasan Kecamatan Kuta Selatan terus menggeliat dengan bisnis, hiburan maupun berbagai kegiatan lainnya yang menunjang sektor pariwisata di Kabupaten Badung.

Salah satu pusat bisnis di kawasan GWK yang tetap eksis hingga kini adalah Revayah Plaza yang dimiliki 86 investor dari Denpasar, Badung dan daerah lainnya.

Sejatinya, kompleks pertokoan ini sudah hadir sejak lama sekira tahun 2003. Hanya saja, karena dalam perkembangannya beberapa kali menghadapi persoalan termasuk dengan pengelola GWK ditambah belum membaiknya pariwisata di Bali sehingga berdampak pula terhadap kegiatan bisnisnya.

Menurut Ketua Perkumpulan dan Pengelola Pertokoan Revayah Plaza, Hendra Dinata yang akrab disapa Sinyo, sampai saat ini, para pemilik toko tetap berupaya maksimal bagaimama mengoptimalkan investasi mereka bisa turut menggairahkan kawasan GWK.

Berbagai kegiatan seperti event hiburan, sosial, atraksi kesenian dan kegiatan penunjang pariwisata lainnya tetap berjalan.

Meski belum ada penyelesaian menyeluruh dan final yang bisa disepakati antara pengelola GWK yang baru dari pihak Alam Sutra namun para pemilik toko tetap tak kenal menyerah tetap menjalankan roda bisnisnya.

Beberapa kegiatan usaha yang tetap eksis seperti Klinik Kesehatan Internasional, restoran, pusat pelatihan, SPA, laundruy dan lainnya meski belum sesuai yang diharapkan.

“Kita sebenarnya sudah beberapa kali duduk bersama dihadiri pihak pengelola GWK, pemerintah dan pemilik toko, pada prinsipnya ingin mewujudkan tempat bisnis dan hiburan yang baik, sehingga banyak dikunjungi orang,” kata Sinyo dalam perbincangan baru-baru ini.

Dengan menggeliatnya aktivitas bisnis dan hiburan di kawasan GWK ini, tentunya akan memberikan iklim kondusif dan membuat para pebisnis atau investor semakin tertarik yakin dengan berjalannya investasi di GWK.

Bagi para pemilik toko, pilihan untuk tetap berusaha menjalankan roda bisnisnya menjadi sesuatu yang logis ketimbang membiarkan investasi yang tidak sedikit jumlahnya itu terhenti atau vakum.

“Jika mereka bergerak menjalankan bisnisnya kan bisa mendapatkan uang, mereka bisa hidup ketimbang duduk manis, mendiamkan toko sampai 15 tahun tahun tanpa bergerak, ini kan sudah juga,” sambung kolektor lukisan itu.

Apalagi, dengan mulai banyak wisatawan datang melihat keindahan patung GWK tentunya keberadaan pusat bisnis yang dahulu bernama Plaza Amata ini juga bisa saling menopang satu sama lainnya. Sejarah keberadaan kompleks bisnis ini juga harus diakui turut memberikan andil besar bagi kunjungan wisatawan dan geliat bisnis kawasan GWK.

Pada intinya, harapan para pemilik toko agar manajemen baru GWK di bawah Alam Sutra kembali bisa duduk bersama dengan pikiran dan hati jernih demi pariwistaa Bali kedepan, mencari penyelesaian terbaik sehingga tidak ada miskomunikasi lagi.

“Sebenarnya masalahnya sederhana, miskomunikasi saja, saya yakin dengan duduk bareng bisa terselesaikan,” imbuh Sinyo yang berinvestasi miliran rupiah untuk delapan toko miliknya.

Apa yang sebelumnya telah menjadi kesepakatan bersama hendaknya dijalankan dengan konsisten sehingga bisa melahirkan semangat baru para pemilik toko dan perlahan untuk kembali memulai bisnis mereka.

“JIka dua komponen ini berjalan dengan baik antara pengelola GWK dan Revaya Plaza bisa saling menopang saya yakin tempat ini menjadi diberkati, semoga,” harapnya. (rhm)

Artikel Lainnya

Terkini