Geliat Ekonomi Liburan Akhir Tahun Dorong Perbaikan Kinerja Perekonomian Balinusra

6 Februari 2021, 14:41 WIB

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno
Nugroho/dok.

Denpasar – Peningkatan mobilitas penduduk dan aktivitas ekonomi pada
momen liburan akhir tahun yang jatuh di triwulan IV 2020 mendorong perbaikan
kinerja perekonomian Balinusra.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho
mengingatkan, perlu mewaspadai meningkatnya terjadinya peningkatan kasus Covid
19.

Untuk itu, diberlakukan kebijakan pengetatan protokol kesehatan melalui
kewajiban tes PCR bagi pelaku perjalanan dalam negeri serta pelarangan
penyelenggaraan pesta tahun baru.

“Kebijakan tersebut menyebabkan pembatalan sejumlah rencana kedatangan
domestik sehingga menyebabkan perbaikan kinerja pada triwulan IV 2020
berlangsung terbatas,” ungkap Trisno dalam keterangan tertulisnya, Sabtu
(6/2/2021).

Melansir data BPS Provinsi Bali, perekonomian Bali pada triwulan IV 2020
melanjutkan tren pemulihan sebagaimana tercermin pada pertumbuhan triwulanan
sebesar 0,94% (qtq).

Hal itu tercermin pada kenaikan nilai produk domestik regional bruto (PDRB)
atas dasar harga konstan (ADHK) dari Rp 36,39 trilyun di triwulan III menjadi
Rp 36,74 trilyun di triwulan IV 2020.

“Perbaikan ini tidak lepas dari berlanjutnya penerapan tatanan era kehidupan
baru dan peningkatan aktivitas sektor pariwisata di akhir tahun 2020 yang
ditopang oleh wisatawan nusantara (wisnus),” tutur mantan Kepala Kantor
Perwakilan BI DKI Jakarta ini.

Dari 17 lapangan usaha, 13 diantaranya tercatat tumbuh positif dimana tiga
pertumbuhan tertinggi dialami lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas yang
tumbuh sebesar 5,46% (qtq), diikuti sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan
Minum yang tumbuh sebesar 3,61% (qtq), dan Jasa Kesehatan & Sosial yang
tumbuh sebesar 3,01% (qtq).

Sejalan itu, sektor pertanian juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,99%
(qtq). Dari sisi penggunaan, perbaikan terjadi pada komponen Konsumsi
Pemerintah (29,88% qtq), Ekspor Luar Negeri (13,16% qtq), dan Investasi (2,4%
qtq).

Trisno melanjutkan, jika dilihat secara tahunan (yoy), ekonomi Bali mengalami
kontraksi -12,21% (yoy), yang bersumber dari kontraksi hampir seluruh komponen
permintaan, kecuali konsumsi pemerintah.

“Dari sisi lapangan usaha, kontraksi terjadi pada seluruh lapangan usaha
utama,” Trisno menegaskan.

Secara keseluruhan tahun 2020, Bali tumbuh negatif -9,31% (yoy), searah dengan
prakiraan kami sebelumnya. Bali merupakan Provinsi yg terparah terdampak
Covid-19 mengingat 54% sumbangan PDB berasal dari sektor pariwisata.

Untuk sisi penggunaan, kontraksi tertinggi terjadi pada komponen impor luar
negeri (-78,34% yoy), ekspor luar negeri (-76,23% yoy), Investasi (-12,21%
yoy), Konsumsi Rumah Tangga (-3,65% yoy). Sementara konsumsi pemerintah masih
tumbuh positif 0,17% (yoy).

Kemudian, lapangan usaha, hampir seluruhnya mengalami pertumbuhan negatif,
dengan kontraksi terdalam pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan
(-31,79% yoy), akomodasi makan & minum (-27,52% yoy) serta pengadaan
listrik air dan gas (-16,49% yoy).

“Kami memperkirakan bahwa perekonomian Bali di triwulan I 2021 akan membaik
dengan tingkat kontraksi yang mengecil,” Trisno optimistis.

Peningkatan kasus Covid-19 dan adanya PPKM selama periode Januari dan Februari
mempengaruhi mobilitas penduduk dan aktivitas ekonomi.

Pertumbuhan positif diperkirakan akan dimulai pada triwulan II 2021 sehingga
secara keseluruhan tahun 2021 perekonomian diperkirakan tumbuh positif.

Optimisme terhadap pertumbuhan positif didukung oleh perkiraan tercapainya
target vaksinasi yang disertai dengan menurunnya kasus Covid 19 sehingga
mengembalikan aktivitas ekonomi di berbagai sektor, termasuk aktivitas
konsumsi, investasi, kinerja fiskal ekspor dan impor.

Terkendalinya penanganan covid 19 menumbuhkan level of confidence bagi
wisatawan serta memungkinkan diselenggarakannya strategi wisata Travel
Corridor Arrangement (TCA) dan Meeting Incentives Conferences Exhibition
(MICE) di Bali.

Guna mempercepat pemulihan kinerja perekonomian, prasyarat mutlak yang harus
dipenuhi adalah keberhasilan pemberian vaksinasi serta penerapan disiplin
protokol kesehatan Covid-19.

Pihaknya merekomendasikan untuk dilakukan 5 langkah strategis yaitu pertama
mendorong pelaku pariwisata untuk memperoleh sertifikat CHSE untuk meyakinkan
bahwa Bali siap menerima wisatawan.

Kedua mendorong UMKM untuk on boarding sehingga memperluas pemasaran, ketiga
mempercepat realisasi belanja daerah, keempat mendorong sektor pertanian untuk
menerapkan GAP (Good Agriculture Practice).

Selain itu, menggunakan teknologi digital dalam berproduksi (digital farming),
dan memasarkan produknya melalui e-commerce, dan (v) mendorong pembayaran
secara nontunai, utamanya menggunakan QRIS. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini