Kabarnusa.com – Kordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBali) Teluk Benoa Wayan “Gendo’ Suardana berbicara blak-blakan bagaimana penggalangan dana yang dilakukan dari berbagai elemen masyarakat seperti seniman dalam perjuangan menolak reklamasi.
Gendo berbicara dalam diskusi yang digagas Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Gede Pasek Suardika di Kantor DPD Perwakilan Bali, Renon, Denpasar Jumat (25/3/2016).
Diskusi Publik digelar BPKK DPD RI mengusung tema Sejarah Konstitusi dan Satrategi Seniman Melakukan Perlawanan, bekerjasama dengan Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI).
Di hadapan kalangan LSM, mahasiswa, akademisi, seniman dan masyarakat lainnya, Gendo mengaku, untuk mengajak seniman dalam gerakan itu, bukanlah datang begitu saja.
Demikian pula, perlu proses panjang, tidak mudah bagi seniman mengajak penggemar, melakukan gerakan yang digagasnya.
“Tidak bisa kemudian, karena punya ribuan penggemar seeperti Jerinx (SID), kemudian datang begitu saja, tidak juga, tetapi itu proses yang biasa saja, yang penting transformasi tetap berjalan,” tukasnya.
Demikian juga, gerakan tolak reklamasi, yang penting semua punya kesadaran sama.
“Sederhana saja, ayo kita bergerak, apa yang bisa kita lakukan, tetapi prinsipnya meyatukan diri, ada dalam satu barisan, dalam satu perencaanaan,” kata Gendo..
Ketika kemudian banyak yang bergabung kalangan seniman misalkan lukis, tari, musik dan lainnya, dari sana, potensinya dimaksimalkan.
“Jadi gerakan,ForBali, selama ini, tidak pernah melebihi modal yang kami punya, kami punya modal seratus, maka kami harus pergunakan modal itu seratus, tidak boleh kemudian kami rencakan seratus lima puluh,,” sebut dia.
Seniman yang memiliki kemampuan tertentu, kemudian digunakan kemampuannya itu, bisa berjuang kemudian selaras dengan yang dilakukan ForBali. Dari sana, kemudian munculah konser-konser mini tolak reklamasi.
Lewat konsep ini, dengan menyebarkan soal reklamasi, kedua mencari dana dan gerakan mandiri.
ForBali, kata Gendo merupakan gerakan mandiri. Meskipun diakuinya ada beberapa sumbangan namun sifatnya, tidak mengikat.
Konser mini dimaksud, mereka tampil apa adanya. Masyarakat datang, menyumbang membeli kaos, beli makanan dan minuman lainnya, Dana yang terkumpul bisa sampai Rp3 jutaan dalam konser mini itu.
Yang mencengangkan, Gendo mengaku pernah dalam sebuah konser tolak reklamasi sampai mampu mendulang dana hingga Rp150 juta.
“Ssaat konser itu, seniman lukis mereka melelang karya lukisannya, teman yang pumya keahlian lain juga sama seperti tarian sehingga terkumpul dana itu,” akunya.
Diingatkan, gerakan yang digagas bersama rekan-rekannya itu, tidak boleh liar, tetap dalam perencanaan.
“Sebab, jika gerakan sudah liar, kata dia, sudah bukan gerakan tetapi gerak gerik,” selorohnya disambut tawa pserta diskusi.
Semua yang dilakukan, sudah terkondisikam berdasarkan kesepakatan dengan skema yang dijalankan.
“Apa yang dilakukan kemudian menggelinding bagai bola salju, bahkan bentuknya makin variatif, mulai dalam bentuk poster, baju, bleganjur, ogoh-ogoh, wayang, makin variatf dan besar,” imbuhnya. (rhm)