Gubernur Koster: Saya Harus Melindungi Semua Umat Beragama di Bali

24 Januari 2019, 22:09 WIB
Gubernur Bali I Wayan Koster dalam sebuah kesempatan/biro huimas

DENPASAR – Gubernur Bali I Wayan Koster menegaskan sikapnya sebagai pimpinan daerah di Bali harus tetap melindungi semua umat beragama dan komponen masyarakat lainnya di Pulau Dewata.

Dia juga bertekad mengembalikan masa-masa keemasan Bali dengan visi Nangun Sad Kertha Loka Bali terus berupaya mengembalikan identitas yang mulai pudar tersebut. Identitas dan karakter yang membuat Bali ber-taksu.

Jika melihat sejarah, berbagai pujian dan julukan dari pesohor dan tokoh dunia pernah diberikan untuk Bali. Salah satunya julukan sebagai sorga terakhir di dunia atau The Last Paradise. Yang terkenal akan budayanya yang adiluhung dan unik, juga masyarakatnya yang ramah tamah serta toleran terhadap keberagaman serta perbedaan.

Namun, upaya menjaga itu semua tidaklah mudah. Gubernur asal Desa Sembiran, Buleleng sebagai pemimpin Bali itu baru-baru ini, disodok mengarah pendiskreditan dirinya saat menghadiri undangan peletakan batu pembangunan kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali di kota Denpasar.

Meski ada berbagai upaya pendeskreditan khususnya melalui di dunia maya seperti media sosial, Koster tetap bijak menanggapi

Koster menjelaskan, pendeskreditan bermula dari berita terkait audieensi pengurus MUI Provinsi Bali dipimpin ketua HM Taufik As’adi, Senin (21/1/2019), guna meminta Koster selaku gubernur melakukan peletakan batu pertama.

Selaku pemimpin Bali yang daerahnya sudah terkenal akan toleransi dan kerukunan antar agama masyarakatnya, Koster menerima undangan serta permohonan tersebut.

“Keberadaan umat Islam di Bali, rencana pembangunan kantor MUI dengan biaya swadaya, tidak mohon bantuan dana kepada Gubernur,” kata Gubernur Koster dalam keterangannya, Kamis (24/1/2019)

Antarumat beragama di Bali hidup saling berdampingan. Tak jarang tradisi, kebiasaan, adat istiadat dan budaya yang dimiliki oleh masing-masing agama menjadi kekuatan dan keunggulan ketika dikolaborasikan dalam proses akulturasi dengan tanpa menghilangkan identitas serta jati diri sebagai manusia Bali.

Dia sadar betul akan potensi itu sehingga akan terus mengedepankan semangat kerukunan antar-umat beragama. “Di Bali ini kita harus mengedepankan kerukunan hidup antarumat beragama, saya tidak ingin persinggungan Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) terjadi di Bali,” katanya menegaskan.

Sebaliknya, ia ingin persaudaraan antar-umat beragama terus dipupuk, dijalin dan dirawat dengan baik sebagai kekuatan yang dimiliki Bali. “Tidak boleh berantem gara-gara SARA, apalagi bentrok antar-ormas. Tidak boleh. Meski Bali ini kecil, sedikit penduduknya, tapi bisa menggetarkan dunia,” tegas Koster lagi.

Karenanya, Koster ingin menjadikan Bali sebagai pilot project implementasi nilai-nilai Pancasila sesuai ajaran Bung Karno. Dia ingin menjadikan Bali sebagai proyek percontohan implementasi nilai-nilai Pancasila sesuai ajaran Bung Karno.

Salah satunya persatuan, kesatuan dan toleransi antar-umat beragama harus dikedepankan. Harus menjaga persatuan dan kesatuan, penuh toleransi, hormat menghormati dalam menjalankan agama.

Diperlukan perlakuan yang adil antar-umat beragama yang ada di Bali. Pengayoman, pembinaan dan perlindungan yang sama bagi antar-umat beragama harus dikedepankan. “Ini komitmen kami, sungguh-sungguh menjaga Bali ini menjadi wilayah yang kuat, dibangun secara bersama-sama oleh semua masyarakatnya tanpa memandang SARA,” tegas Koster.

Koster tegas menyatakan, harus komit tegak lurus dengan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Mari jaga Bali secara bersama sama,terlebih Bali sebagai tujuan wisata dunia, harus menampilkan wajah yang sejuk, sopan, beretika, ramah tamah guna mengembangkan citra positif Bali dihadapan masyarakat nasional dan internasional,” ajaknya.

Semua majelis umat beragama di Bali harus sering berkoordinasi dan berkomunikasi termasuk dengan pemerintah dalam melaksanakan tata kehidupan masyarakat di Bali. “Sebagai Gubernur saya harus mengayomi dan melindungi masyarakat Bali,semua umat bergama dan komponen masyarakat lainnya,” tegas Koster yang Ketua DPD PDI Perjuangan Bali itu. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini