Gus Adhi: Rai Mantra Peletak Landasan Ekonomi Digital di Bali

4 Mei 2018, 18:06 WIB

mantra%2B2

DENPASAR– Ketua Koalisi Rakyat Bali AA Bagus Adhi Mahendra Putra menegaskan ekonomi digital yang kini booming di Bali tak bisa lepas dari peran calon Gubernur Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra sebagai peletak dasarnya,

Rai Mantra yang berpasangan dengan Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) di Pilgub kata Gus Adhi, sapaannya, sangat konsern dengan pengembangan industri kreatif yang berbasiskan digital.

Itulah salah satu kelebihan Rai Mantra, sehingga Gus Adhi selalu mengingatkan masyarakat Bali agar tidak salah memilih pemimpin lima tahun ke depan.

Menurut Gus Adhi, sapaan akrabnya, memilih pemimpin sangat penting untuk melihat bibit, bebet dan bobotnya.

Itu pula alasannya, meski sempat melewati dinamika yang melelahkan, Koalisi Rakyat Bali yang kini diperkuat 10 partai politik, menjatuhkan pilihan kepada pasangan Mantra-Kerta.

Rai Mantra, misalnya, merupakan putra Prof Ida Bagus Mantra, gubernur Bali yang meletakkan dasar pembangunan dan pariwisata berbasis budaya, hingga mendirikan Lembaga Perkreditan Desa (LPD).

Rai Mantra, sama seperti sang ayah, juga memiliki berbagai terobosan. Ada cukup banyak bukti yang bisa ditunjukkan, bagaimana bobot kepemimpinan Rai Mantra selama dua periode menahkodai Kota Denpasar.

Ya, apa yang disampaikan Gus Adhi, memang bukan sekedar ngecap. Sebab ada cukup banyak program inovatif yang diluncurkan Rai Mantra, selama hampir 10 tahun memimpin Denpasar.

Salah satu yang tidak bisa terbantahkan adalah, ketika Rai Mantra tampil sebagai pemimpin pertama di Bali yang meletakkan landasan alias ekonomi digital yang kini tengah booming di tanah air.

Calon gubernur Bali nomor urut 2 ini pun dengan cerdas menangkap berbagai peluang ekonomi digital ini, yang menjadi ekonomi zaman now.

Ia mendorong dan memberi ruang generasi muda Bali, untuk terjun menjadi wirausaha di bidang ekonomi digital. Bagi Rai Mantra, ekonomi digital ini sangat cocok dangan karakter generasi Z dan generasi milenial atau generasi Y.

“Ekonomi digital merupakan ekonomi dengan karakter zamannya generasi Z dan generasi milenial,” ujar Rai Mantra, di Denpasar, Jumat (4/5/2018).

Rai Mantra menyebut, di era digital seperti saat ini, membuka usaha tidak harus dengan lahan yang luas dan dana yang besar. Cukup dengan internet (secara online), usaha bisnis bisa dikembangkan.

Hal itu, diakuinya sangat cocok bagi generasi Z dan generasi milenial untuk menjadi pilihan berbisnis di era ekonomi digital.

Apalagi, generasi ini tentu belum mempunyai modal besar untuk membangun usaha namun mempunyai visi jauh ke depan, keberanian dan penguasaan teknologi serta informasi.

“Di era ekonomi digital, banyak kemudahan untuk melakukan usaha. Proses pendirian usaha bisa lebih dipermudah atau diperpendek,” ujar Rai Mantra, yang masuk jajaran 12 kepala daerah inovatif versi Lembaga Administrasi Negara (LAN) ini.

Namun, diakui Rai Mantra, bahwa informasi mengenai peluang ekonomi digital ini harus terus disampaikan kepada masyarakat. Lalu diikuti dengan penyiapan ekosistem digital, berbagai program pemerintah dan tentu pendampingan.

“Yang perlu adalah kita memberikan suatu pemberitahuan, publikasi informasi dan peluang usaha ekonomi digital. Hal itu untuk menjadikan generasi muda sebagai young entrepreneur baru dan juga technopreneur atau wirausaha di bidang teknologi,” tandas Rai Mantra, yang menyabet penghargaan bergengsi dari Mark Plus Inc sebagai ‘Marketeers of The Year dan Best of The Best Marketeers of The Year 2017’.

Sebagaimana laporan Tirto.id, disebutkan bahwa generasi Z atau generasi pascamilenial adalah kelompok manusia termuda di dunia saat ini.

Mereka lahir dalam rentang 1996 hingga 2010. Di Indonesia, pada 2010 saja, jumlah mereka sudah lebih dari 68 juta orang, nyaris dua kali lipat Generasi X (kelahiran 1965-1976). Dan kini, ada sekitar 2,5 miliar orang Generasi Z di seluruh dunia.

Berbagai kajian demografi menyatakan bahwa Generasi Z cenderung menghargai keberagaman, ingin menjadi agen perubahan, berorientasi pada target, dan senang berbagi.

Generasi Z juga berpikiran terbuka, menyukai kampanye yang kekinian, asyik dengan teknologi, menghendaki perubahan sosial, dan sanggup berkompromi. (*)

Berita Lainnya

Terkini