Jakarta – Dalam .menghadapi tantangan akuakultur di tahun 2020 yang
diprediksi akan semakin besar Kementerian Kelautan dan Perikanan telah
menyiapkan berbagai strategi.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, saat membuka ajang
“Outlook Perikanan tahun 2020” yang dihelat Gabungan Pengusaha Pakan Ternak
(GPMT) dan Majalah Trobos di Jakarta, Rabu (25/2/2020).
Tatangan itu berkaitan dengan dinamika perdagangan produk akuakultur global
saat ini dan tuntutan nasional dalam menjadikan subsektor akuakultur sebagai
pemicu pertumbuhan ekonomi nasional yang membutuhkan percepatan untuk
mengantisipasinya.
Slamet mengatakan, Presiden Jokowi secara khusus meminta KKP untuk fokus
mengoptimalkan industri akuakultur nasional. Secara spesifik bahkan Presiden
memberikan target kenaikan ekspor udang sebesar 250% hingga tahun 2024.
Kata dia, salah satu tantangan yang perlu dihadapi saat ini yakni dinamika
persaingan pasar perdagangan global yang menuntut kita harus lebih cepat
mengambil peluang melalui strategi yang efektif.
“Kita juga dituntut untuk memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui penciptaan devisa ekspor”, tegas Slamet.
KKP telah menyiapkan berbagai program yang arahnya untuk pengembangan industri
budidaya yang berorientasi ekspor dan untuk menopang ketahanan pangan
nasional.
Berbagai program tersebut yakni pengembangam kawasan budidaya udang
berkelanjutan, kawasan budidaya rumput laut, kawasan budidaya patin, kawasan
budidaya ikan hias, membangun dan mengembangkan industri perbenihan melalui
pusat induk dan benih (Broodstock Center), penataan sistem logistik benih dan
pengembangan pakan mandiri berbasis maggot.
Disamping itu, KKP akan terus mendorong program lainnya yakni bioflok,
minapadi, pengembangan RAS, Gerpari dan rehabilitasi kawasan.
Slamet menambahkan, khusus untuk pencapaian target ekspor udang sebesar 250%,
KKP telah mendorong pengembangan kawasan budidaya udang berbasis kawasan di
berbagai daerah melalui model kerjasama dengan Pemda setempat.
“Kita telah melakukan model pengembangan budidaya udang berkelanjutan berbasis
kawasan di berbagai daerah dan hasilnya sangat memuaskan dengan produktivitas
mencapai 40 ton per ha.
Daerah tersebut antara lain di Pasangkayu-Sulawesi Barat, Kabupaten
Buol-Sulawesi Tengah, Aceh Tengah. Model ini akan terus kita adopsi di daerah
daerah potensial terutama di Indonesia bagian Tengah hingga Timur”, imbuhnya.
Untuk menghadapi dinamika persaingan pasar global yang semakin ketat, KKP
terus mendorong penguatan daya saing produk akuakultur yakni melalui
konsistensi penerapan prinsip Good Aquaculture Practices (GAP).
Indonesia saat ini masih tercatat sebagai negara dengan kepatuhan yang cukup
baik sehingga hingga saat ini belum ada penolakan terhadap produk akuakultur
di negara buyer.
Disamping itu, KKP akan terus bekerjasama dengan AP5i untuk meningkatkan
kualitas produk, memperkuat pasar dan membuka peluang ekspansi pasar baru guna
memastikan produk asal Indonesia bisa masuk.
“Saat ini tim audit dari Uni Eropa akan melakukan penilaian kesesuaian di
lapangan untuk memastikan konsistensi dalam menerapkan GAP. Tentu kita
berharap tidak ada temuan mayor, sehingga produk kita tetap diterima”, ungkap
Slamet.
Komoditas lainnya yang akan didorong dalam waktu dekat menurut Slamet yakni
patin. Permintaan patin dari Arab Saudi belum bisa terpenuhi 100%, oleh
karenanya KKP akan bangun industri patin incorporated di daerah Merah Mata,
Sumatera Selatan.
Upaya lain yang akan dilakukan di hulu, yakni terus meningkatkan efesiensi
produksi dan meningkatkan daya saing produk dengan memanfaatkan semua hasil
komoditas untuk bisa diolah menjadi nilai tambah.
“KKP juga tengah mendorong pengembangan budidaya kobia yang bisa digenjot
untuk orientasi ekspor. Kobia ini unik karena produknya bisa didiversifikasi
seperti untuk industri tas, sabuk, dompet dan olahan makanan. Perlu diketahui,
fokus pengembangan kobia ini bukan berarti komoditas lain terabaikan,”
tutupnya. (rhm)