Hadiri Persembahyangan, Bupati Artha Ajak Warga Mawas Diri

30 September 2015, 07:19 WIB

Karya%2Bdi%2BPenyaringan%2B1

Kabarnusa.com – Saat menghadiri persembahyangan persembahyangan di Pura Dalem Desa Pekraman Giri Utama Banjar Tibu Beleng, Desa Penyaringan, Kecamatan Medoyo, Bupati Jembrana I Gusti Putu Artha mengajak masyarakat mawas diri mampu mengendalikan diri berpegang pada kebenaran dan kebaikan..

Artha hadir dalam Karya Ngenteg Linggih, Memungkah, Melaspas, Mupuk  Pedagingan, Mepedudusan Agung serta Tawur Balik Sumpah Madya di Pura Dalem Desa Pekraman Giri Utama Banjar Tibu Beleng, Desa Penyaringan, Kecamatan Medoyo, Jembrana, Bali berlanlangsung sejak bulan Juli dan berakhir hingga 11 November mendatang.

Sehari setelah puncak karya, Selasa (29/9), Bupati I Putu Artha berbaur bersama ratusan krama untuk melakukan persembahyangan bersama bertempat di Utama Mandala Pura Dalem setempat.

Artha didampingi Camat Mendoyo Agus Adinatha serta Bendesa Pekraman Giri Utama, Desa Penyaringan, Ida Bagus Ketut Kemenuh.

Menurut Ida Bagus Ketut Kemenuh yang juga sebagai Ketua Panitia, karya Memungkah, Melaspas, Mupuk Pedagingan, Ngenteg Linggih Pepedudusan Agung dan Tawur Balik Sumpah Madya merupakan karya yang cukup besar.

“Kami anggarkan biaya sebesar 1 milyar. Dana selain berasal dari iuran wajib krama juga kami dapatkan dari para donatur. Astungkara karya kami bisa terlaksana sesuai tujuan,” ujarnya.

Masing-masing dikenakan iuran Rp 2 juta, dengan jumlah KK di desa pakraman tersebut sebanyak 170 kk.

Selain itu, desa pakraman juga sejak 4 tahun menyisihkan dana dari SHU LPD termasuk hasil dari plabe Pura setempat.

Untuk upakara (bebantenan) dikerjakan oleh krama perempuan sesuai pembagian masing-masing bahkan ada yang dikerjakan dengan sistim gotong royong.

Bupati Artha mengatakan, karya yang dilakukan ini tentu banyak menguras tenaga termasuk waktu.

Namun demikian, karena karya ini merupakan budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur, agar semua krama bisa melaksanakannya dengan baik.

Pihaknya yakin sebelum upacara ini terlaksana, para tokoh telah melakukan berbagai paruman sehingga saat ini bisa diwujudkan. Namun yang penting dingat, selama prosesi upacara karya,

Krama hendaknya mampu mengendalikan diri (mulat sarira). Ini sangat penting mengingat karya ini selain memakan waktu, juga tenaga bahkan dana yang tidak kecil,” terangnya.(dar)

Artikel Lainnya

Terkini