Harga Bawang Merah dan Putih Jadi Perhatian di Tengah Melandainya Inflasi Bali

Pada April 2025, inflasi gabungan kabupaten/kota di Bali tercatat sebesar 0,73% secara bulanan (month-to-month, mtm) seperti dilaporkan BPS Bali.

11 Mei 2025, 06:58 WIB

Denpasar – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali melaporkan bahwa pada April 2025, inflasi gabungan kabupaten/kota di Bali tercatat sebesar 0,73% secara bulanan (month-to-month, mtm). Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 1,61% (mtm).

Meskipun demikian, secara tahunan (year-on-year, yoy), inflasi Provinsi Bali mengalami peningkatan menjadi 2,30%, naik dari 1,89% (yoy) pada Maret 2025. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menyatakan tingkat inflasi tahunan ini masih berada dalam rentang target nasional sebesar 2,5%±1%.

Meskipun inflasi secara umum terkendali, perhatian khusus perlu diberikan pada kenaikan harga beberapa komoditas strategis seperti bawang merah dan bawang putih.

Lanjut Erwin Soeriadimadja, untuk menjaga stabilitas harga ke depan, diperlukan penguatan koordinasi, inovasi, dan sinergi antar anggota Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), terutama dalam mengantisipasi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Kuningan dan libur nasional pada bulan Mei 2025 yang berpotensi meningkatkan permintaan.

“Secara spasial, seluruh wilayah Kota/Kabupaten yang menjadi इंडेक्स Harga Konsumen (IHK) mencatatkan inflasi baik secara bulanan maupun tahunan,” imbuh Erwin Soeriadimadja dalam keterangan tertulis.

Kabupaten Tabanan mencatat inflasi bulanan tertinggi sebesar 1,09% (mtm) atau 2,52% (yoy), diikuti oleh Kota Singaraja dengan inflasi bulanan sebesar 0,80% (mtm) atau 1,82% (yoy).

Kota Denpasar mengalami inflasi bulanan sebesar 0,69% (mtm) atau 2,69% (yoy), sementara Kabupaten Badung mencatatkan inflasi bulanan sebesar 0,49% (mtm) atau 1,80% (yoy).

Kontributor utama inflasi bulanan di Provinsi Bali berasal dari Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga, serta Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh normalisasi tarif listrik dan kenaikan harga pada beberapa subkelompok kebutuhan.

Sementara itu, inflasi tahunan terutama dipicu oleh kenaikan harga cabai rawit, daging ayam ras, bawang merah, dan minyak goreng. Kenaikan inflasi ini sebagian tertahan oleh penurunan harga daging ayam ras, sawi hijau, telur ayam ras, dan bensin, di mana penurunan harga daging ayam ras disebabkan oleh peningkatan pasokan dari daerah sentra produksi.

Ke depan, beberapa potensi risiko inflasi yang perlu diwaspadai meliputi peningkatan permintaan barang dan jasa selama libur nasional akhir Mei, serta potensi kenaikan harga emas perhiasan dan minyak goreng seiring dengan tren harga global emas dan Crude Palm Oil (CPO) yang tinggi. Selain itu, kenaikan permintaan daging babi dari luar daerah selama rangkaian HBKN juga menjadi faktor risiko kenaikan harga.

Untuk memitigasi risiko inflasi di masa mendatang, Bank Indonesia Bali terus memperkuat sinergi dan inovasi dengan seluruh pemerintah Kabupaten/Kota di Bali melalui implementasi strategi 4K, yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif.

Dalam perspektif jangka menengah dan panjang, Bank Indonesia Bali mengajak seluruh TPID untuk berkolaborasi dalam menjaga stabilitas harga dan mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas sektor pertanian.

Upaya peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui penguatan implementasi regulasi perlindungan lahan pangan berkelanjutan dan mitigasi alih fungsi lahan, peningkatan sistem pengairan, penggunaan benih unggul, serta perluasan hilirisasi produk pertanian.

Lebih lanjut, Bank Indonesia bersama TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali akan terus memperkuat dan memperluas implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Langkah-langkah yang akan ditempuh meliputi peningkatan produktivitas pertanian, optimalisasi infrastruktur dan lahan, peningkatan efisiensi rantai pasok, dan penguatan ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), pemuda, petani, dan koperasi.

Selain itu, kerja sama hulu-hilir antara petani, penggilingan, perumda pangan, dan sektor hotel, restoran, dan kafe (horeka) akan terus didorong, disertai dengan penguatan implementasi regulasi terkait optimalisasi penggunaan produk lokal oleh sektor horeka.

Melalui sinergi yang berkelanjutan, Bank Indonesia Bali optimis bahwa inflasi Provinsi Bali pada tahun 2025 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional sebesar 2,5%±1%. ***

Berita Lainnya

Terkini