Harga Komoditas Melonjak Saat Nyepi, BI Minta Kurangi Permintaan

9 Maret 2021, 15:21 WIB

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki Ernadi
Wimanda menegaskan hal itu saat Capacity Building Media digelar Bank
Indonesia Perwakilan Provinsi Bali di Denpasar, Selasa
(9/3/2021)/Kabarnusa.

Denpasar – Untuk menekan harga sejumlah komoditas yang selalu naik
tajam menjelang hari raya keagamaan seperti Nyepi di Bali maka Bank Indonesia
menyarankan untuk mengurangi permintaan atau demad komoditas tersebut.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda
menegaskan hal itu saat Capacity Building Media digelar Bank Indonesia
Perwakilan Provinsi Bali di Denpasar, Selasa (9/3/2021).

Rizki mengungkapkan, inflasi beberapa komoditas saat hari raya Nyapi seperti
canang yang termasuk barang pokok untuk keperluan upacara keagamaan umat
Hindu.

Canang termasuk barang utama yang harganya selalu naik menjelang hari raya
keagamaan di Bali. “Ya kita tidak bisa apa-apa, tetapi nanti pada bulan
berikutnya akan turun sendiri, akan terkoreksi sendiri” ucapnya

Tercatat ada 11 komoditas yang dipantau di pasar dan 8 diantaranya selalu naik
saat hari raya. Harga komoditas seperti ayam dan beras, relatif tidak
mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya.

“Biasanya yang mengalami kenaikan harga sebanyak 4 sampai 5 komoditas saja,
yang selalu naik itu telur saat Hari Nyepi,” tandasnya. Hanya saja pada tahun
ini, Telur dan daging berdasarkan survei pemantauan harga dua komoditas itu
mengalami penurunan.

Pada bagian lain, Rizki juga menyoroti melonjaknya harga cabai rawit hingga
tembus Rp 120 ribu per kilogram. Selain itu, daging babi dan bawang merah juga
mengalami kenaikan menjelang hari raya.

Untuk itu, pihaknya menyarankan untuk menurunkan harga seperti cabai maka hal
yang dilakukan adalah mengurangi permintaan. Misalnya, cabai rawit diganti
dengan cabai lain seperti cabai merah atau hijau sehingga permintaan cabai
rawit bisa turun.

Dengan turuannya permintaan, maka harga komoditas cabai akan bisa kembali
turun.

Selain itu, kata Rizki, masyarakat bisa memanfaatkan lahan kosong untuk
ditanam apapun komoditas yang mengalami inflasi tinggi terutama cabai rawit.
Dengan begitu, maka pasokan akan lebih banyak bertambah.

Logikanya, dengan tersedianya komoditas tersebut mereka tidak akan ke pasar
mencari cabai misalnya sehingga harga turun. Intinya, untuk menurunkan harga
dilakukan perbanyak supplai atau pasokan.

Selain itu, bisa dilakukan dengan kerja sama antar daerah. Misalnya, daerah
yang cukup banyak produksi cabai bekerjasama dengan daerah lainnya sehingga
suplainya tetap terjaga.

Pada bagian lain soal bahan pokok, hal itu menjadi tanggungjawab TPID di
masing-masing pemerintah daerah, agar pasokan tetap terjaga dan harganya
stabil. (rhm)

Artikel Lainnya

Terkini