Jakarta – Untuk mengadopsi gaya hidup hijau bebas emisi pemuda
Indonesia memegang kunci untuk mendorong aksi nasional dengan cara-cara
inovatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Hal itu disampaikan para kata para ahli dan influencer muda dalam webinar yang
diselenggarakan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) menandai
Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Mengusung tema, “Hemat Energi, Tetap Ramah Lingkungan”, acara virtual ini
menghadirkan pembicara kunci dari pemerintah, pengusaha muda dan aktivis
lingkungan.
Proyek Transformasi Pasar untuk Energi Terbarukan dan Efisiensi Energ (MTRE3)
UNDP menyelenggarakan acara tersebut bekerja sama dengan Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral.
Deputy Resident Representative UNDP Indonesia, Sophie Kemkhadze mengatakan, go
green adalah satu-satunya jalan ke depan bagi Indonesia dan generasi mudanya.
Hilanglah sudah hari-hari untuk penggunaan bahan bakar dan energi fosil.
Sebaliknya, semua merangkul era baru inovasi di mana kita bertransisi ke
tingkat emisi nol, dan konsumsi energi terbarukan.
“Pergeseran ini merupakan bagian dari tanggung jawab kita untuk mencapai
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs di Indonesia,” ujar Kemkhadze.
Pihaknya membutuhkan lebih banyak aksi, terutama di lapangan, dan dari
orang-orang muda untuk bertindak. Indonesia sebagai ekonomi dan konsumen
energi terbesar di Asia Tenggara saat ini berada di peringkat ke-71 dari 115
negara dalam Indeks Transisi Energi (ETI) 2021.
Menandakan dukungan terhadap energi berkelanjutan, skor ETI Indonesia telah
meningkat sebesar 6 persen sejak 2021, dengan skor tertinggi untuk peningkatan
kesiapan transisi sebesar 10 persen.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan perlunya melindungi lingkungan kita. Saat ini isu-isu terkait
efisiensi energi telah menjadi cukup kritis.
Pemuda, pelajar dan perempuan harus berada di depan dalam gerakan nasional
untuk mendorong efisiensi energi,” kata Dadan Kusdiana, Direktorat Jenderal
Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral.
Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi sebesar 29 persen dari
skenario bisnis seperti biasa pada tahun 2030, atau 41 persen dengan bantuan
internasional.
Para ilmuwan mengatakan bahwa sebagian besar emisi berasal dari
produksi masal dan penggunaan bahan bakar fosil untuk listrik.
Dyah Roro Esti, Anggota Komisi VII DPR RI bidang Energi, Sumber Daya Mineral,
Lingkungan, Riset dan Teknologi mengatakan, Pemerintah Indonesia telah
memprioritaskan pembahasan RUU energi terbarukan tahun ini.
“Kita sepakat bahwa kita harus mendukung transisi menuju transisi energi
bersih. Kami berharap RUU ini dapat mengkatalisasi investasi di sektor ini dan
memperkuat komitmen kami”, kata Esti.
Pemuda memasuki tahap dalam kehidupan mereka di mana mereka ingin merancang
masa depan mereka, jadi kita perlu menciptakan peluang alternatif bagi mereka.
“Kita perlu menciptakan peluang menarik di sektor energi hijau dan
terbarukan,” kata Ms. Switenia Pendiri dan Direktur Divers Clean Action Puspa.
Panelis termasuk arsitek hijau, Stephanie Larassati berbagi tips praktis untuk
mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan di rumah, mulai dari mengurangi
penggunaan listrik hingga menggunakan ruang- ruang terbuka dan jendela untuk
memaksimalkan cahaya alami.
Menerapkan standar internasional hijau di gedung-gedung publik juga merupakan
salah satu tujuan utama dari proyek Transformasi Pasar untuk Energi Terbarukan
dan Efisiensi Energi (MTRE3) UNDP yang baru-baru ini mendukung upaya
perusahaan induk dari dua bandara utama Indonesia di Jakarta dan Bali, untuk
memperoleh standar global ISO 50001 untuk manajemen energi.
Aktor dan aktivis hijau Marcel Chandrawinata mengingatkan kaum muda untuk
“mulai dari diri sendiri” untuk membantu mendorong gaya hidup hijau menjadi
gerakan nasional.
“Hidup hijau bukanlah pilihan, itu tanggung jawab kita. Kita perlu hidup
efisien. Dengan menerapkan gaya hidup bersih, kita bisa menjadi contoh bagi
teman-teman kita dan orang lain,” kata Chandrawinata.
Meskipun dukungan publik meningkat untuk efisiensi energi, hal tersebut tetap
menjadi isu politik yang sensitif karena Indonesia sebagian besar bergantung
pada sektor energi fosil. (rhm)