![]() |
ilustrasi (foto:Antara) |
Kabarnusa.com – Hari ini Sabtu 21 Maret 2015 Pulau Bali bagai kota mati lantaran tidak ada aktivitas di luar rumah selama umat Hindu melaksanakan tapa berata penyepian Tahun Baru Caka 1937.
Sejak pukul 06.00 Wita, Bali yang selalu ramai dengan berbagai aktivitas kini praktis lumpuh.
Tak ada lalu lalang kendaraan di jalanan, lantaran semua orang berada di dalam rumah. Hanya pecalang (petugas keamanan desa adat) yang berjaga-jaga di jalan.
Kesibukan hari biasa di bandara, pelabuhan, terminal, jalan tol Bali Mandara, kini berubah, tidak beroperasi.
Selama hampir 24 jam, Bali tanpa polusi mulai pukul 06.00 Wita Sabtu 21 Maret hingga pukul 06.00 WITA Minggu 22 Maret 2015. Bali, berubah hening dan sunyi.
Nyepi menandakan pergantian tahun baru Caka, memasuki tahun baru Caka 1937.
Tokoh spiritual muda dari Paguyuban Parerepan Sari Denpasar Jero Paksi menuturkan, ada empat esensi Nyepi yakni, amati karya (tidak bekerja), amati geni (tidak menyalakan api),amati lelungan (tidak berpergian) dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).
Demikian juga, siaran hiburan radio, televisi nasional, lokal dan televisi berbayar ditiadakan sementara.
“Imbauan berlaku untuk semua lembaga penyiaran baik radio, stasiun televisi lokal, televisi nasional, maupun televisi berlangganan,” kata anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Bali, I Nengah Muliarta.
Warga lebih banyak beraktivitas di dalam rumah. Jalanan maupun pusat-pusat keramaian semua lengang, tidak ada lalu lalang kendaraan dan aktivitas warga.
Hanya petugas satuan pengamanan desa pekraman atau desa adat yang terlihat menjalankan tugasnya untuk mengamankan pelaksanaan Nyepi.
“Kami harapkan pelaksanaan Nyepi bisa berjalan khidmat, aman dan lancar, agar umat lain bisa menghormati hari Nyepi dengan mematuhi ketentuan yang ada, tidak keluar rumah,” kata Kepala Lingkungan Desa Sading Kecamatan Mengwi, Badung, Ketut Sutama dihubungi Sabtu (21/3/2015).
Sutama menambahkan, guna memastikan pelaksanaan nyepi berjalan aman dan lancar, pihaknya melibatkan dengan tokoh masyarakat atau beberapa kelompok perumahan di wilayahnya bersama-sama memantau lingkungan masing-masing.
Petugas pecalang yang berpakain adat, terus memantau di jalanan wilayah mereka agar tidak ada warga yang beraktivitas keluar rumah.
Demikian juga, sampai malam hari nanti akan memantau agar warga tidak menyalakan lampu secara berlebihan selama malam Nyepi.
Tidak hanya pecalang, untuk mengamankan Nyepi, seperti warga Perumahan Dewata Permai Sading baik non Hindu juga membantu bersama-sama tokoh masyarakat lainnya memantau wilayah mereka. (rhm)