HTTS, Bali Ingatkan Generasi Muda Hidup Sehat Tanpa Rokok

20 Mei 2018, 23:08 WIB
HTTS%2B3
Peringatan Hari Tanpa Tembakau se-Dunia (HTTS) di Denpasar Bali

DENPASAR – Peringatan Hari Tanpa Tembakau Se-Dunia (HTTS) di Bali dijadikan momentum untuk mengingatkan masyarakat khususnya kaum muda akan bahaya paparan asap rokok bagi kesehatan manusia. 

Dalam memeriahkan HTTS, sejumlah kegiatan digelar mulai sosialiasi dan kampanye Kawasan Tanpa Rokok (KTR) melibatkan banyak pihak, aneka macam lomba hingga jalan sehat seperti digelar di seputar Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar Minggu (20/5/2018). 

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya yang hadir dalam jalan sehat menyatakan, peringatan HTTS kali ini, mengingatkan semua pihak khususnya generasi muda akan bahaya rokok.

“Ini momentum mengingatkan kita khusnsya generasi muda akan bahaya rokok, kita harus berupaya hidup sehat,” Katanya.

Hidup sehat bisa dicapai jika lingkungan udara bersih bebas paparan asap rpkok. Sebab, faktanya asap rokok merugikan kesehtaan manusia dengan kandungan zat adiktif.

Pihaknya ingin mengingatkan remaja yang cukup rentan karena sebagaimana hasil riset nasional di Indonesia sekira 36,7 persen masyakata masih rokok. Angka itu, sama dengan di Bali yang jumlahnya hampir sama.

Jika tidak segera membangun kesadaran diri, maka generasi muda Indonesia dalam bahaya dan masyrakat sehat tidak akan tercapai.

Hal itu sesuai paradigma hidup sehat dengan gerakan hidup masyarakat sehat, khususnya agar tidak merokok atau minimal jangan memulai untuk merokok.

“Bagi yang sudah merokok kita himbau agar berhenti, bagi yang belum jangan coba-coba mengenal rokok karena itu akan merugikan tidak hanya terhadap diri namun juga lingkungannya,” tandasnya.

HTTS%2B1
Ketua IAKMI Bali Made Kerta Dhuana

Dalam kesempatan sama, Ketua Pusat Kajian Pengendalian Tembakau dan Kesehatan Paru Universitas Udayana, Made Kerta Dhuana menegaskan, peringatan HTTS itu, sekaligus upaya menyadarkan masyarakat secara luas akan bahaya rokok bagi kesehatan.

“KIta sampaikan program pemerintah tentang pengendalian rokok, momentum ini kita ingatkan, semua pihak karena tren rokok pemula atau remaja meningkat,” tandas Dhuana yang juga Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Bali.

Industtri rokok jelas menargerkan perokok pemula sebagai pengganti perokok yang sudah berhenti atau sakit. Untuk itu, harus ada upaya bersama sama untuk melindungi perokok dini yang berpotensi menjadi generasi sakit atau tidak produktif.

“Kampanye kami lakukan serangkaian HTTS, lewat sosialisasi ke sekolah, kampanye kawasan KTR, lomba pembuatan video media, jalan sehat, kampanye suarakan bahaya rokok,” sambungnya.

Dhuana mengingatkan, semua komponen haarus bersam-sama dalam pengendalian rokok. Tidak hanya urusan Dinas kesehatan atau pegiat KTR saja, melainkan butuh sinergi lintas organsasi besar dalam prporgam pengendalian rokok ini. (rhm)

Artikel Lainnya

Terkini