Kabarnusa.com – Keberadaan hutan mangrove di sekitar Jimbaran dan Kedonganan di Kabupaten Badung, Bali kian tergerus oleh pembangunan pemukiman dan hotel.
Awalnya, sekira 200 pelajar dan mahasiswa Universitas Udayana melakukan penanamm pohon mangrove di sekitar sungai Tukad Mati Patasari Kelurahan Kuta, Minggu (5/4/2015).
Aksi penananaman pohon mangrove yang dikemas One Student One Tree for Bali, diikuti pelajar SMK Denpasar dan SMK Kesehatan serta Mahasiswa Administrasi Negara Fisipol Universitas Udayana.
Turut bergabung dalam aksi peduli lingkunganitu seperti anggota TNI Koramil Kuta Selatan dan Forum Peduli Mangrove.
“Kami ingin berbuat sesuatu untuk menyelamatkan hutan mangrove dengan gerakan penanaman pohon mangrove,” kata koordinator aksi One Student Onr Tree Ni Made Indra Ramawati di sela aksi.
Dengan kegiatan semacam itu, bisa menjadi ajang sharing berbagi pengalaman antar mereka sehingga ke depan bisa lebih peduli dalam menjaga lingkungan.
Apalagi, fungsi mangrove sangat penting dalam menjaga ekosistem hutan, air dan lingkungan sekitarnya termasuk membendung ancaman abrasi.
Pihaknya ingin menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan termasuk dalam menjaga pentingnya ekosistem mangrove.
Terlebih dari penjelasan kelompok nelayan setempat, Wayan Sukra alias Dolphin, bahwa kawasan itu menjadi tempat buangan sampah dari kota Denpasar.
Kondisi itu mengakibatkan fungsi sungai kian terancam demikian juga keberadaan kelangsungan hutan mangrove terancam, akibat tumpukan sampah.
“Kami mengapresiasi setiap upaya pelestarian kawasan seperti penanaman pohon mangrove,” kata Dolphin.
Apalagi, sejatinya kawasan Sungai Tukad Mati, cukup penting dan memiliki sejarah panjang hingga lahirnya Kuta sebagai destinasi pariwisata andalan Bali.
“Kami ke depan ingin mengembalikan Tukad Mati sebagai destinasi pariwisata Kuta,” sambungnya.
Mahasiswan dan pelajar itu kemudian bergerak ke kawasan Hutan Mangrove di perbatasan Kedonganan dan Jimbaran, di mana hutan mangrove kian tergerus aktivitas pemukiman dan industri pariwisata.
“Lahan hutan mangrove di sini tergerus setelah diurug tanah untuk pemukiman, disayangkan kenapa pihak terkait tidak segera mengambil tindakan, “imbuh dosen fisipol Universitas Udayana I Dewa Ayu Sri Wigunawati yang turut dalam aksi tanam mangrove.
Jika kondisi itu dibiarkan, dikhawatirkan luasan hutan mamgrove makin tergerus sehingga akan mengancam kelangsungan hidup mangrove dan lingkungan alam sekitarnya.
Demikian juga, dengan proyek pembangunan Hotel Kristal di lingkungan Mumbul Nusa Dua Kuta Selatan, diduga menggerus atau mencaplok lahan mangrove.
Hal itu terlihat dari jarak sempadan pantai yang mestinya 150 meter dari bibir pantai, sementara terlihat proyek itu melanggar sempadan.
Karena itulah kata Sri sebagai bentuk kepedulian mahasiswa atas kondisi lingkungan di Tanjung Benoa sekaligus proses pembelajaran siswa dilakukan aksi yang mengusung tema”kami datang, kami melihat, kami peduli”.
“Dengan kegiatan ini, supaya mereka bisa melihat sendiri kondisi hutan mangrove, sehingga bisa melakukan kajian dan memberikan solusi atas jargon baik yang kontra maupun yang pro untuk revitalisasi Teluk Benoa,” tandasnya.
Mereka kemudian bergerak ke lokasi lainnya yakni di Pulau Pudut di kawasan Teluk Benoa yang menjadi perbincangan hangat masyarakat Bali menyusul kontroversi rencana pemanfaatan atau revitalsiasi.
Mahasiswa dan pelajar juga menyaksikan bagaimana kondisi pulau yang makin terancam pendangkalan dan kian tergerusnya pohon mangrove akibat penumpukan sampah. (rhm)