Ilmu, Hati, dan Tuhan: Pilar Pendidikan ala Kiai Zuhri Zaini

KH. Moh. Zuhri Zaini mengingatkan kita pada hakikat pendidikan yang lebih dalam: menyambungkan ilmu dengan hati, dan hati dengan Tuhan.

13 Juni 2025, 07:02 WIB

Probolinggo -Di tengah dunia pendidikan yang semakin berorientasi pada capaian kognitif dan kompetensi teknis, KH. Moh. Zuhri Zaini mengingatkan kita pada hakikat pendidikan yang lebih dalam: menyambungkan ilmu dengan hati, dan hati dengan Tuhan.

Dalam banyak dawuh dan pengajiannya, Zuhri Zaeni menekankan bahwa pendidikan sejati adalah yang mampu menjadikan manusia tidak hanya pintar, tetapi juga sadar dan tunduk kepada Allah.

Kiai Zuhri sering mengingatkan bahwa ilmu yang tidak dibarengi dengan kesadaran ruhani justru dapat menjerumuskan. Seorang yang merasa tahu, tetapi tidak tahu bahwa dirinya bisa salah, adalah orang yang tertipu oleh ilmunya sendiri. Karena itu, pendidikan yang hanya membesarkan otak tanpa membersihkan hati, menurut beliau, adalah pendidikan yang kehilangan arah.

Kiai Zuhri menggunakan analogi sederhana namun dalam: hubungan guru dan murid seperti lampu dan aliran listrik. Lampu hanya bisa menyala jika arusnya benar dan sambungannya tepat. Begitu pula murid, hanya akan mendapatkan cahaya ilmu jika terhubung secara ruhani dan akhlak dengan gurunya. Jika sambungannya terputus—karena sombong, lalai, atau merasa cukup—maka ilmu akan kehilangan cahaya keberkahannya.

Dalam tradisi Pondok Pesantren Nurul Jadid, warisan ini dihidupkan dalam konsep Panca Kesadaran, yang mencakup: sadar Tuhan, sadar diri, sadar waktu, sadar ilmu, dan sadar masyarakat. Kelima kesadaran ini bukan sekadar slogan, melainkan ruh pendidikan yang dirancang untuk mencetak insan yang utuh—bukan hanya lulusan yang siap kerja, tetapi pribadi yang siap hidup dengan nilai.

Kiai Zuhri juga menyampaikan bahwa orang yang baik bukanlah yang tak pernah berdosa, tetapi yang segera bertaubat ketika sadar akan kesalahannya. Maka, pendidikan harus menanamkan kerendahan hati, bukan kesombongan intelektual. Ia harus menjadikan manusia merasa kecil di hadapan Tuhan, bukan besar di hadapan sesama.

Hari ini, ketika banyak institusi pendidikan kehilangan arah karena terlalu fokus pada nilai, sertifikat, dan prestasi duniawi, pesan Kiai Zuhri Zaini menjadi alarm moral: bahwa pendidikan adalah tentang membentuk manusia, bukan sekadar mencetak tenaga kerja.

Jika bangsa ini ingin selamat dan mulia, maka pendidikan kita harus kembali kepada tiga pilar utama: ilmu yang mencerahkan, hati yang bersih, dan hubungan yang kokoh dengan Tuhan. Inilah warisan pemikiran Kiai Zuhri Zaini yang patut terus digaungkan dan dijadikan pedoman dalam membangun masa depan pendidikan Indonesia. ***

Berita Lainnya

Terkini