Ini Penyebab Bali Alami Inflasi di Maret 2021

2 April 2021, 00:00 WIB
trisno%2Bn
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno
Nugroho/dok.kabarnusa

Denpasar – Naiknya permintaan saat Hari Raya Nyepi disertai menurunnya
pasokan tanaman hortikultura akibat curah hujan yang tinggi menyebabkan
terjadinya inflasi di Bali pada bulan Maret 2021.

“Inflasi terutama terjadi di dua kelompok barang, yaitu volatile food dan
administered prices, dengan core inflation tercatat stabil,” tutur Kepala
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho dalam siaran pers, Kamis
(1/4/2021).

Pada bulan Maret mengalami inflasi sebesar 0,52% (mtm). Inflasi terutama
terjadi di dua kelompok barang, yaitu volatile food dan administered prices,
dengan core inflation tercatat stabil.

Secara spasial, kota Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,47% (mtm), sedangkan
kota Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,81% (mtm). Secara tahunan (yoy),
Bali mengalami inflasi sebesar 0,84% lebih rendah dibanding inflasi nasional
yang sebesar 1,37%.

Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 2,78% (mtm) dibandingkan
bulan sebelumnya. Peningkatan harga terlihat utamanya pada komoditas cabai
rawit, daging ayam ras, tongkol diawetkan, dan bawang merah.

“Peningkatan inflasi ini sejalan dengan naiknya permintaan berkaitan dengan
datangnya Hari Raya Nyepi yang disertai oleh menurunnya pasokan tanaman
hortikultura akibat curah hujan yang tinggi,” tegasnya.

Kelompok barang administered price mencatat inflasi sebesar 0,31% (mtm),
terutama disebabkan oleh naiknya tarif angkutan udara dan komoditas rokok.

Peningkatan tarif tiket pesawat udara sejalan dengan adanya long weekend di
bulan Maret. Selanjutnya, peningkatan harga rokok disebabkan oleh naiknya
cukai rokok dimulai pada bulan Februari 2021.

Harga di kelompok core inflation relatif stabil dengan inflasi sebesar 0,04%
(mtm). Peningkatan harga terlihat untuk komoditas popok bayi, sandal kulit,
krim wajah, dan baju kaus.

Trisno melanjutkan, inflasi Bali sampai dengan bulan Maret masih dalam keadaan
stabil dan terkendali. Meski demikian, berberapa komoditas seperti cabai rawit dan cabai merah masih
menunjukkan trend kenaikan, demikian juga harga daging babi yang masih tinggi.

Untuk Hari Raya Galungan dan bulan Ramadhan yang jatuh di bulan April
diprakirakan akan meningkatkan permintaan untuk bahan makanan dan canang sari.

Menghadapi potensi tantangan tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terus melakukan kerja sama
antar daerah.

Kemudian, mengoptimalkan pemanfaatan mesin controlled atmosphere storage
(CAS), dan menghimbau masyarakat untuk menanam cabai di pekarangan rumah,
sekolah, dan lahan yang tidak terpakai.

Bank Indonesia terus mendorong pemanfaatan teknologi dalam pemasaran
produk-produk pertanian (e-commerce) dan dalam produksi (digital farming).
(rhm)

Artikel Lainnya

Terkini