Istri Diplomat Kemlu Speak Up, Minta Presiden dan Kapolri Usut Tuntas Kematian Misterius Arya

Istri mendiang diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Arya Daru Pangayunan, menuntut keadilan dan transparansi atas kematian suaminya yang menyisakan misteri.

28 September 2025, 22:43 WIB

Yogyakarta – Istri mendiang diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Arya Daru Pangayunan, akhirnya buka suara menuntut keadilan dan transparansi atas kematian suaminya yang masih menyisakan misteri.

Arya Daru ditemukan meninggal dunia dalam kondisi tragis dengan kepala terbungkus lakban, sebuah kasus yang sempat menjadi sorotan publik namun belum menemukan titik terang.

Meta Ayu Puspitantri, istri almarhum, tampil dalam konferensi pers di Kotagede, Yogyakarta, pada Sabtu (27/9/2025) petang, didampingi ibu kandung dan kuasa hukumnya. Dengan suara bergetar menahan tangis, Meta menyampaikan rasa kehilangannya.

“Kepergian Mas Daru sangat menghantam kami. Ada bagian dari diri saya yang masih berharap ini hanya mimpi,” ujar Meta, mengenang suaminya yang telah ia kenal sejak duduk di bangku sekolah dasar.

“Dia bukan hanya suami, tapi bagian dari hidup saya sejak usia 10 tahun. Mas Daru orang paling baik yang pernah saya kenal,” tambahnya.

Tuntut Usut Tuntas dan Transparansi

Dalam kesempatan tersebut, Meta secara terbuka menyampaikan permohonan kepada Presiden RI, Kapolri, dan Menteri Luar Negeri agar mengawal penyelesaian kasus ini secara jujur dan transparan.

Permintaan ini didasari keyakinan bahwa kematian seorang diplomat tidak boleh dianggap wajar tanpa ada kejelasan penyebab dan pelaku.

“Mas Daru sangat berharga bagi saya, anak-anak, orang tua, dan keluarga besar. Saya yakin siapa pun yang pernah mengenalnya pasti merasakan ketulusan dan kebaikannya,” katanya.

Meta juga menyesalkan munculnya narasi negatif di media sosial dan pemberitaan mengenai almarhum.

“Saya mohon tidak ada lagi framing negatif tentang suami saya. Kami saling mengenal lebih dari siapa pun mengenal dirinya sendiri. Dia tidak neko-neko,” tegasnya.

Trauma Berat dan Rencana yang Hancur

Penasihat hukum keluarga, Nicholay Aprilindo, menjelaskan bahwa Meta baru bisa speak up karena selama ini masih mengalami trauma berat. Kematian misterius Arya menghancurkan rencana kepindahan keluarga ke Finlandia, menyusul promosi Arya sebagai Sekretaris II di KBRI Helsinki.

“Almarhum bahkan sempat menunjukkan paspor baru kepada keluarga dengan wajah bahagia. Mereka sekeluarga dijadwalkan berangkat 31 Juli. Namun semua rencana itu hancur karena kematian mendadak dan misterius ini,” jelas Nicholay.

Pihak keluarga, lanjut Nicholay, tidak bisa menerima kematian Arya dianggap wajar.

“Ini menyangkut seorang diplomat dan aparatur sipil negara. Tidak boleh ada yang ditutup-tutupi. Ini soal HAM dan kepastian hukum,” tegasnya.

Nicholay menegaskan tim kuasa hukum berkomitmen mengawal proses hukum ini agar tidak menjadi dark case yang hilang begitu saja, serta meminta penegak hukum untuk serius.

Mukitari, ibunda Meta, turut menyampaikan kesedihan atas kehilangan menantu yang dikenal sangat mencintai keluarga, namun mengaku berusaha tetap kuat demi menjaga kedua cucunya. ***

Berita Lainnya

Terkini