DENPASAR – Dunia mengakui pesona pariwisata Flores di Nusa Tenggara Timur karena memiliki kekuatan keaslian keindahan pulau dan masyarakatnya sehingga hal itu harus tetap dijaga dengan baik.
Banyak destinasi wisata diminati wisatawan dalam dan luar negeri seperti Labuan Bajo, Komodo, Sumba, Maumere, Larantuka dan lainnya. Pengamat pariwisata Igo Kleden mengungkapkan, dalam pengembangan pariwisata Flores, peran kepala daerah penting dalan merumuskan bagaimana mengoptimlkan potensi tersebut.
Disebutkan, APBD dalam kebutuhan pariwisata hampir setiap kabupaten tidak sampai Rp 3 miliar. Contohnya, Flores Timur dua tahun terakhir sebagian besar sebagai prasarana 3/4-nya menjadi prioritas pembangunan infrastruktur.
“Jadi ada kekurangan dalam promosi juga pengembangan sumber daya manusia,” ulas Igo dalam diskusi perdana The Nubanara Institute, Institute for social affairs yang mengkaji masalah-masalah sosial termasuk pariwisata belum lama ini di Denpasar.
Tidak ada salahnya, Flores mengambil pelajaran dari model pengembangan pariwisata yang mendasarkan pada kekuatan budaya dan adat tradisi masyarakat selain keindahan alam.
Igo yang juga travel writers itu mengakui, kalaupun Flores bisa mengikuti jejak Bali, jangan sampai kebablasan dalam hal kepemilikan tanah, bahkan masyatakatnya menjadi asing di negeri sendiri.
“Tidak boleh kebablasan, harus membuat pariwisata yang dari masyarakat, untuk masyarakat lokal. Dan menjadi tuan di negeri sendiri,” katanya dalam diskusi yang juga dihadiri Umar Ibnu Alkhattab tokoh masyarakat Flores yang kini menjabat Kepala Ombudsman Perwakilan Provinsi Bali itu .
Hal yang lebih penting juga diperhatikan terkait SDM, bagaimana memberikan servis terbaik untuk memanfaatkan kedatangan turis. Jangan sampai, hal sederhana seperti memberikan senyum, mengetahui sejarah destinasi wisata itu dilupakan.
“Juga fasilitas guide dan lainnya. Untuk hal itu bisa mencontohi Bali,” tutur Igo. Dalam pandangan Direktur Eksekutif The Nubanara Institute, Apolo Daton , potensi wisata Flores banyak dan bisa mengikuti jejak Bali.
Kata dia, yang diperlukan dalam pariwisata salah satunya ialah memunculkan keaslian dan keontetikan Flores sebagaimana Bali melakukannya. Masyarakat luar, domestik dan mancanegara itu melihat dan mencari karakter, tradisi dan keaslian suatu masyarakat.
“Ini seperti Bali yang menjaga tradisi, adat dan nilai-nilai di tengah-tengah masyarakat,” ungkapnya.
Selain itu, secara teknis dan kebijakan juga bisa mencontohi Bupati Badung Nyoman Giri Prasta dengan kebijakan sederhana, membuat penginapan sederhana tetapi dengan Mandi Cuci Kakus (MCK) yang nyaman.
Bupati Badung mampu membuat penginapan sederhana, tempat tidur dengan bambu tetapi MCK-nya berkelas internasional dan itu semua dapat dinikmati oleh masyarakat sehingga kesejahteraan mereka juga terangkat. (rhm)