Jalan Sejauh 3 Km, Warga Selat Ikuti Prosesi Mendak Sekar Catur

17 Agustus 2018, 06:17 WIB
Warga adat Geriana Kangin, Selat berjalan kaki mengikuti prosesi Mendak Sekar Catur.

KARANGASEM – Menempuh jarak sekira tiga kilometer warga Desa Adat Geriana Kangin Kecamatan Selat, Karangasem mengikuti prosesi Mendak Sekar Catur Puncak Upacara Ngeroras massal.

Mereka berjalan kaki dari Balai banjar Geriana Kangin ke Geria Laya ombo, Dusun Pegubungan,

Selat Kamis 16 Agustus 2018. Untuk ngeroras massal digelar, Jumat (17/8/2018) hari ini. Ada 59 puspa yang ikut dalam ngeroras massal kali ini, Sebelumnya, sempat di gelar upacara Ngaben massal diikuti 43 sawa.

Untuk upacara Meotonan massal dan juga Metatah masal dilaksanakan pukul 06.00 Wita dengan empat orang “sangging” yakni IB Gede Yadnya, IB Suyasa keduanya dari geria Duda, IB Darma Wibawa Putra dari geria Taman, Pegubungan dan Jro Mangku Mudayasa dari Geriana Kangin.

Prosesi meotonan dan metatah dilakukan bersamaan dengan ngeroras. Hal ini dilakukan, untuk menekam biaya karena persiapan sarana upacara bisa dibuat sekalian.

Tidak hanya itu, juga memiliki nilai sebagai penghormatan kepada leluhur dari pertisentana. Sehingga sang cucu atau keturunan bisa bersama sama mebersih dengan sang pitara.

Istilah ini disebut dengan natak tiis. Untuk biaya ngeroras diperkirakan akan menghabiskan Rp 200 juta. sementara ngaben massal sebelumnya menelan anggaran Rp 178 juta. Untuk Metatah masal ada 34 orang dan meotonan sebanyak 40 orang. Sedangkan mendak sekar catur baru dilakukan pukul 13.00 wita.

Ketua Panpel Nyoman Merta ini dilakukan karena di khawatirkan ada gempa sebab Gunung Agung dalam kondisi level III. Karena penyucian sendiri sangat sacral termasuk tidak bolah kena gampa. Karena itu pembuatan jajanan Catur dilakukan di Geria sehingga lebih efesiansi waktu serta biaya.

“Selaian itu juga untuk jaga jaga karena kerap terjadi gempa bumi dan juga Gunung Agung masih level III,” imbuhnya.

Saat mendak sekar catur kerama istri nampak mengusung sarana upacara tersebut dengan berjalan

kaki. Mereka melewati jembatan darurat di depan Geria. Jembatan ini awalnya hanyut saat Gunung Agung mengeluarkan lahar hujan lalu.

Tiba di catus pata langsung dilakukan upacara nyakup. Tirta atau air suci diambil dari berbagai pura di Bali dipertemukan kemudian di upacari bersama dengan sekar Catur. Tirta tersebut diantaranya berasal dari Besakih, Goa Lawah, Lempuyang dan Gelgel.

Awalnya tirta disemayamkan selama dua hari di Pura Penyimpenan Geriana Kangin. Kemudian Tirta dan sekar Catur kemudian di naikan ke Catur yang di pinpin Ide Tapini, Jro Kawan dari Geria Laya

Ombo.

Sebelumnya, dilakukan prosesi nunas don bingin yang juga dipergunakan untuk sarana upacara. Ini dilakukan di Desa Pakraman Karangsari sekitar 1 km dari Geriana Kangin. Pengambilan daun bingin ini cukup sacral.

Karena daun tersebut tidak bolah jetuh ke tanah. Sehingga harus di tunggu dengan menggunakan kain putih di bawah pohon. “Kemudian daun tersebut di usung menggunakan kain putih dengan berjalan kaki ke lokasi upacara,” imbuh Merta. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini