Kabarnusa.com – Buddha Shakyamuni dari India saat ini sedang melakukan kunjungan ke Pulau Perdamaian dan ketenangan dalam bentuk pameran bergengsi berjudul Buddha-Cãrikã –
Dalam Jejak Langkah Buddha Shakyamuni, yang saat ini sedang berlangsung di Agung Rai Museum of Arts (ARMA) di Ubud. Dalam bahasa Pali, kata ‘Buddha’ dan ‘Cārika’ mengacu pada ‘Yang Tercerahkan’ dan ‘Pengembaraan Luhur’.
Pameran diresmikan Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta bersama Mr Gurjit Singh, Duta Besar India untuk Indonesia & Timor-Leste pada upacara khidmat dan singkat di ARMA Museum pada tanggal 27 Februari 2015.
Pameran ini terdiri dari gambar tiga dimensi / replika dari potongan-potongan master seni India, artefak dan situs arkeologi penting serta foto-foto yang menunjukkan beberapa situs perjalanan Buddha di India.
Susunan artistik pameran dilengkapi dengan nyanyian audio ayat-ayat dari dari bahasa asli Pali Tripitaka. Bikhu dari Vihara Buddha Sakyamuni merapalkan mantra suci sebelum memulai acara.
Tokoh terkemuka lain yang hadir dalam upacara pembukaan termasuk diantaranya Bupati Gianyar, Anak Agung Gde Bharata; Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Departemen Agama Republik Indonesia, Dasikin; Tjokorda Gde Putra Sukawati dari Puri Agung Ubud; Dewa Putu Beratha,
Pameran ini menggambarkan kehidupan, ajaran, peristiwa penting dan pengembaraan luhur Sang Buddha, yang dilakukan selama 45 tahun, setelah mendapatkan pencerahan di bawah pohon Bodhi di Bodhgaya.
Pameran ini juga menyediakan informasi tentang ‘Dhamma Yatra’ (perjalanan ziarah Buddha) dengan menggambarkan potongan-potongan master pada seni India dan artefak yang ditemukan dari berbagai situs arkeologi di India.
Ide perjalanan Dhamma Yatra berasal dari Buddha Sakyamuni sendiri. Sebelum ia mencapai Mahaparinirvana, Sang Buddha menasehati murid-murid yang taat untuk mengunjungi empat tempat yang akan menginspirasi mereka dalam kegiatan Dharma, setelah ia pergi.
Mereka adalah Lumbini, tempat ia dilahirkan; Bodhgaya, di mana ia mencapai Pencerahan Sempurna; Taman Rusa di Sarnath, di mana ia mengajarkan Khotbah Pertama; dan Kusinara, di mana ia mencapai Mahaparinirvana.
Hubungan yang baik antara penguasa Pala India kuno dan Raja Syailendra dari Indonesia, yang berkembang antara abad ke-7 sampai 13, telah disorot dalam panel dari Universitas Nalanda kuno, universitas pertama di dunia.
Pelat Tembaga Nalanda ditemukan di reruntuhan Nalanda Mahavihara di Nalanda oleh Shri Hirananda Shastri di Situs Biara 1 tahun 1916.
Dia dianggap sebagai salah satu sumber yang paling penting pada sejarah awal-Indonesia dari hubungan bilateral yang dibangun raja-raja Pala dan dinasti Syailendra, dan pengabdian Balaputradewa terhadap agama Buddha.
Wakil Gubernur Sudikerta, sangat menghargai inisiatif Sahabat India dan upaya untuk mendukung pertukaran pariwisata bilateral.
“Hubungan sister city akan dikembangkan dengan India dalam waktu dekat dan mudah-mudahan akan ada penerbangan langsung antara India dan Indonesia untuk memfasilitasi peningkatan konektivitas people-to-people,” katanya..
Duta Besar Gurjit Singh menegaskan bahwa Buddha membawa pesan khusus perdamaian ke dunia. Dia menekankan bahwa pameran ini menunjukkan hubungan erat yang telah dimiliki oleh dinasti penguasa Pala dengan dinasti Sriwijaya di Indonesia.
Sebelumnya, Agung Rai, Pendiri Museum ARMA menyatakan bahwa hubungan timbal balik dari Hindu dan Budha dapat dilihat di mana-mana di Bali.
Dia menyatakan bahwa kegiatan kreatif dari Bali adalah daya tarik utama pariwisata di Bali. Dia berharap bahwa kehidupan Buddha, yang digambarkan dalam Pameran akan menginspirasi setiap pengunjung. Dia sangat menghargai Sahabat India – Festival of India dan berharap bahwa perayaan ini di seluruh Indonesia akan menumbuhkan semangat persaudaraan.
Konsep pameran ini telah disusun dan dirangkai oleh Nava Nalanda Mahavihara. Direktur, Dr. R. Panth menguraikan tujuan dan karya seni serta panel perlengkapan pameran.
Dia berharap untuk menyajikan pameran serupa yang menyoroti hubungan India-Indonesia di kota-kota lain juga untuk menciptakan lebih banyak interaksi dan pemahaman antara orang-orang untuk menghargai hubungan sejarah dan nilai-nilai yang kuat dari kedua negara.
Pameran ini akan dibuka untuk anggota masyarakat selama dua minggu ke depan sampai 10 Maret 2015. (gek)