Jokowi Minta Jangan Campuradukkan Agama dan Politik dalam Kontek Persatuan

9 April 2017, 09:35 WIB
Presiden Joko Widodo di Sukoharjo Jawa Tengah (foto: humas setkab)

SUKOHARJO – Peringatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar jangan mencampuradukkan antara politik dan agama dimaksudkan dalam kontek untuk menjaga persatuan bangsa dan negara .

“Sekali lagi dalam rangka persatuan negara kita,” tegas Presiden Jokowi saat meresmikan Masjid dan Gedung Sholawat KH. Surowijoyo Pondok Pesantren Singo Ludiro, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (8/4/17).

Kepala Negara berpesan, jangan sampai agama  dipolitisasi menjadi sebuah komoditas. “Tetapi pernyataan saya itu juga bukan berarti memisahkan nilai-nilai agama dalam politik. Agama itu sangat penting sekali dalam berpolitik,” tuturnya dinukil laman setkab,go.id.

Ia meyakini, dalam membuat sebuah kebijakan tanpa dilandasi nilai-nilai agama, nilai-nilai moralitas, nilai-nilai kejujuran, nilai-nilai pengabdian pada rakyat, pada bangsa dan negara, pasti luput kebijakan itu.

“Jadi memang politik dan agama ini harus sambung, tetapi dalam sebuah konteks yang benar. Konteksnya yang harus benar,” katanya menegaskan.

Jokowi melanjutkan, jika setiap keputusan kebijakan itu dilandasi dengan nilai-nilai spiritualitas, nilai-nilai moralitas, nilai-nilai pengabdian, dan nilai-nilai yang lain yang selalu diajarkan dalam agama Islam, lanjut Jokowi, ya itulah sambungannya antara politik dan agama.

“Jadi jangan dibelokkan. Masa politik tidak boleh berhubungan dengan agama? boleh,” sambung mantan Wali Kota Solo dua periode itu. Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengingatkan tentang keberagaman yang ada di Indonesia, suku/etnis, pulau, dan bahasa.

Indonesia berbeda sekali dengan negara-negara lain. Negara lain itu, satu negara hanya 1 atau 2 suku, 1, 2 atau 3 etnis. Sementara Indonesia memiliki 714 suku yang tersebar di 17.000 pulau.

“Ini terus saya ingatkan. belum bahasanya yang berbeda-beda. Ini yang perlu, sering saya sampaikan agar kita semuanya menyadari bahwa Bangsa Indonesia ini besar, bangsa besar etnisnya bermacam-macam,” sambungnya.

Untuk itu, Jokowi mengimbau agar  jangan sampai ada senggolan, jangan sampai ada gesekan. Kalau masyarakat rukun semuanya, bersatu semuanya, itu menjadi sebuah kekuatan besar, menjadi sebuah potensi yang besar.

“Sebaliknya kalau gampang dikipasi, gampang dikompor-kompori, itu yang berbahaya bagi negara ini,” tandasnya.

Turut mendampingi Jokowi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Sekretariat Presiden Darmansjah Djumala, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Bupati Sukoharjo, Kapolda Jateng, Pangdam Diponegoro, dan Pimpinan Pondok Pesantren Singo Ludiro Agung Syuhada. (des)

Berita Lainnya

Terkini