Kasus Asusila Pelajar Jembrana, Orang Tua Harus Lebih Dampingi Anak

8 September 2018, 00:00 WIB
Bendahara DPW Partai NasDem Bali IGN Bagus Eka Subagiartha

DENPASAR – Kasus video porno yang melibatkan anak di bawah umur di Kabupaten Jembrana untuk kesekian kalinya terjadi hendaknya semakin menyadarkan orang tua agar memberikan perhatian lebih dalam pendampingan bagi tumbuh berkembangnya anak.

Menurut tokoh pemuda asal Desa Gumbrih Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana IGN Bagus Eka Subagiartha, berulangnya kasus asusila dengan pelaku dan korban masih anak-anak itu, karena ada sesuatu yang hilang dalam pola kehidupan sosial.

“Saya melihat, ada sesuatu yang hilang, dalam pola hubungan sosial di masyarakat dan keluarga, kita harus akui, kemajuan teknologi memantik hal hal yang membuat rasa keingintahunan anak muda terhadap sesuatu semakin besar,” ucap Eka dalam perbincangan ringan di Kantor DPW Partai NasDem Bali di Denpasar, Jumat (7/9/2018).

Dampak perkembangan teknologi seperti gadget, media sosial lainnya, perlu dibarengi pendampingan pola kehidupan sosial kemasyarakatan dan keluarga yang memiliki peran paling penting.

Dalam amatan Eka, pola hubungan dengan anak yang dilakukan keluarga saat ini agak sedikit menyimpang dari pola yang ditularkam para tetua dahulu. Dalam pendampingan proses tumbuh kembang anak, kata Eka, sudah tidak lagi mengikuti pola seperti orang tua dahulu.

Karena kurangnya sentuhan atau kepedulian orang tua, membuat anak-anak terus mencari sesuatu dari dunia luar keluarga yang bisa lebih menerimanya. Belum lagi kesibukan orang tua bekerja kerap melupakan perhatian kepada anak-anak.

“Mereka seakan lupa dengan pentingnya, sentuhan kasih sayang anak dan menomorduakan perhatian, ini perlu evaluasi, terutama ketika anak kita setelah keluar sekolah,” tandas Caleg DPRD Provinsi Bali dari Dapil Kabupaten Jembrana ini.

Belum lagi dengan pola pendidikan yang mengarah ke pragmatisme. Keberhasilan anak dilihat semata pada prestasi akademis dan melupakan pada nilai-nilai kepribadian, karakter dan moral.

Orang tua juga mesti mendorong bagaimana anak-anak mereka bisa merasa bahagia menikmati ketika menempuh pendidikan.

Pendampingan, perhatian dan pembinaan dari keluarga dan masyarakat memiliki makna penting dalam menjaga anak-anak agar bisa tumbuh berkembang dengan baik dan berkepribadian jauh dari perbutan tercela ataupun melakukan tindak pidana atau kenakalan lainnya.

Pola pendidikan di sekolah juga perlu dievaluasi agar jangan sampai semata mengejar nilai atau prestasi namun juga bagaimana menumbuhkan rasa bahagia anak-anak atau pelajar sehingga mereka menikmati masa proses pembelajaran di sekolah.

“Tidak mesti orang itu harus menjadi pahlawan semua, tetapi bagaimana mereka bisa menikmati kehidupannya saat usia-usia dini, sehingga dari sana punya moral, etika sehingga mereka juga dididik kasih sayang dan lainnya,” sambung Eka.

Di pihak lain, bagaimanapun anak-anak itu adalah aset bangsa yang nantinya diharapkan bisa berkompetisi bersaing dengan negara lain.

Karena itu, bagaimana mempersiapkan mereka anak-anak yang menjadi kaum muda itu, dengan suatu sistem. Selain itu, peran mendidik membimbing mereka menjadi tanggungjawab semua pihak baik keluarga masyarakat dan pemerintah.

Terlepas dari kasus yang melibatkan anak di bawah umur, kata Eka, bagaimanapun mereka menjadi korban dari situasi zaman, yang harus dilindungi dan diberikan ruang hak mereka untuk memperbaiki kesalahan mereka.

“Jangan mereka para korban dan pelaku ini, malah dijadikan bulan-bulanan, bullying masyarakat lainnya sehingga mereka seolah-olah menjadi sampah masyarakat,” tandasnya.

Padahal sejatinya, anak-anak ini menjadi korban dari sebuah sistem yang harus juga diperbaiki, Mereka ini juga memiliki hak dan masa depan yang panjang. Karenanya, jangan sampai mereka terus dibully, seolah-seolah kesalahan itu telah mengakhiri masa depannya. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini