Kelompok Radikal Ancam Demokrasi, Aktivis Bali Deklarasikan ProDEM

21 Mei 2018, 11:03 WIB
orde
Ketua ProDEM Bali I Nyoman Mardika

DENPASAR- Puluhan aktivis lintas generasi mendeklarasikan berdirinya gerakan ProDEM Bali yang dilatarbelakangi atas keprihatinan tentang nasib demokrasi di Tanah Air yang kian mengkhawatirkan dengan hadirnya kelompok radikal.

Ketua ProDEM Bali I Nyoman Mardika menyatakan, deklarasi ini buntut keprihatinan aktivis di Bali atas kehidupan demokrasi yang mulai mengkhawatirkan.

“Saat ini konflik horisontal semakin meruncing,” ucapnya saat nerkumpul memperingati 20 tahun gerakan reformasi di Warung Kubu Kopi Jalan Hayam Wuruk 111 Denpasar, Minggu 10 Mei 2018 petang.

Para aktivis yang bergabung adalah aktivis mahasiswa dari era 80 an, 90 an hingga tahun 2000.

Mardika mengungkapkan, kelompok radikal menggunakan isu-isu SARA untuk memecah kehidupan berbangsa dan bernegara demi meraih kekuasaan. Sikap-sikap toleransi semakin dikesampingkan,

ProDEM Bali menyayangkan munculnya kelompok-kelompok radikal yang menjauhnya cita-cita reformasi ditandai dengan menguatnya isu mayoritas dan minoritas berbasiskan keagamaan.

Bahkan muncul gerakan-gerakan anti demokrasi yang ingin membelokkan arah kehidupan berbangsa yang plural menjadi satu warna yang dominan sehingga menimbulkan aneka diskriminasi.

“Karena itu, ProDEM Bali akan turun mengawal demokrasi yang berpegang pada Pancasila dan yang menjunjung nilai-nilai toleransi,” tegas Mardika.

Acara yang bertajuk “Refleksi 20 Tahun Reformasi” dihadiri para mahasiswa yang kini menempuh studi di Universitas Udayana (Unud) Denpasar, Universitas Warmadewa Denpasar, dan kampus lain di Denpasar.

Sementara, dalam diskusi, Agus Samijaya SH mewakili aktivis dari era tahun 80. Agus yg kini menekuni dunia lawyer, saat mahasiswa getol terlibat dalam advokasi para petani di Bali. Agus juga pernah terlibat di LBH Bali hingga menjabat direktur PBHI Bali.

Dari era tahun 90 an, hadir Wayan “Gendo” Suardana dan Made Ariel Suardana. Keduanya saat mahasiswa getol terlibat di gerakan antar-kampus dalam menumbangkan rezim otoriter Orde Baru. Gendo di kampus Unud, sementara Made Ariel di kampus Warmadewa. Era tahun 2000 an, diwakili Nonik Widyantara yang kini menekuni dunia jurnalis.

Beberapa isu penting menjadi bahasan diskusi yakni ketika gerakan reformasi menumbangkan Orde Baru tahun 1998 telah membawa Indonesia menjadi negara yang sistem demokrasinya lebih baik. Ada pembatasan masa jabatan presiden hingga multi partai.

Tak hanya diskusi, acara disemarkkan pameran foto aksi mahasiswa dan rakyat Bali dalam menumbangkan Orde Baru. Foto-foto yang dipamerkan adalah karya fotografer senior Bali Joko Sugianto. Juga ada pembacaan pusisi oleh sejumlah seniman dan penampilan Band Geekssmile, The Bullhead dan Persma Band.

Pada puncak acara dilakukan deklarasi wadah aktivis lintas generasi yakni ProDEM Bali.

Berikut maklumat ProDem Bali.

1. Penegakan Supremasi Hukum Kewajiban Setiap Warga Negara.

2. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme harus menjadi musuh bersama.

3. Penyebaran nilai-nilai Demokrasi dan HAM oleh setiap warga negara.

4. Pendidikan demokrasi dan kaderisasi menjadi tanggung jawab setiap elemen demokrasi, utamanya Parpol

5. Menjunjung demokrasi dengan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi dan keadilan sosial. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini