Suprayoga Hadi (foto:istimewa) |
MALUKU – Desa Lermatang di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dijadikan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa-PDTT) sebagai model pengembangan aquaculture estate di tujuh desa lainnya di Pulau Sera dan Pulau Yamdena dengan produk unggulan rumput laut.
Hal itu dikemukakan Dirjen Pengembangan Daerah Tertentu (PDTU) Suprayoga Hadi, usai menghadiri Destructive Fishing Watch (DFW) panen perdana rumput laut di Desa Lermatang, yang merupakan social investment program dari INPEX Blok Masela yang menggandeng DFW sebagai mitra pelaksana, melalui fasilitasi Kemendesa PDTT dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta SKK Migas.
Lokasi social investment program di Desa Lermatang akan dijadikan pilot model pengembangan aquaculture estate dengan produk unggulan rumput laut yang difasilitasi Kemendesa PDTT di Tahun Anggaran 2017.
“Sejalan dengan pelaksanaan program unggulan pengembangan produk unggulan desa (one village one product) di wilayah pulau kecil dan terluar (Prudes PKT) yang berbasis komoditas unggulan rumput laut,” ujar Suprayoga Hadi, Minggu (12/3/17).
Selain melalui pengembangan produk unggulan pada desa-desa lainnya di daerah pulau kecil terluar lainnya, juga di Kabupaten Pulau Morotai dan Kabupaten Kepulauan Aru, serta di Kabupaten Sabu Raijua. “Karena telah ditetapkan sebagai kabupaten prioritas penanganan terintegrasi dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017”, sambungnya.
Untuk mengembangkan produk unggulan rumput laut, Dirjen Suprayoga Hadi mengatakan, selain pengembangan Badan Usaha Milik Desa (Bumdesa), juga akan dilakukan revitalisasi dari Pabrik Pengolahan Rumput laut di Desa Lermatang yang dibangun pemerintah tahun 2011.
“Kemudian leh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) tahun 2014. Namun tidak dapat dimanfaatkan sama sekali karena tidak tersedianya sumber air bersih yang merupakan kebutuhan utama dalam pengolahan pasca panen rumput laut,” ujar Dirjen PDTU.
“Lewat pengembangan produk unggulan rumput laut, diharapkan dapat dikembangkan alternatif ekonomi desa dan kawasan perdesaan yang dapat lebih berdaya saing dan berbasis pada produk unggulan desa/kawasan perdesaan, sebagai komplemen dari rencana pengembangan sektor migas di Kabupaten MTB khususnya pada Blok Masela,” ujar Suprayoga Hadi.
Untuk itu, dia meminta kepada INPEX yang menjadi mitra SKK Migas dalam melakukan eksplorasi di Blok Migas Masela agar memperhatikan pengembangan sumber daya manusia setempat. Terutama melalui inisiasi pendidikan ketrampilan dan kejuruan yang dibutuhkan oleh industri migas yang akan dikembangkan di Blok Masela.
“Selain juga tetap melanjutkan social investment program yang telah dimulai di Desa Lermatang dalam pengembangan produk unggulan rumput laut dan penguatan kelembagaan ekonomi desa melalui pembentukan BUMDesa,” ujarnya.
Kemendesa PDTT mengawal proses pengembangan Program Unggulan Desa (Prudes) dan Program Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) yang tidak hanya secara koordinatif dengan Pemda, juga dengan kementerian/lembaga terkait, terutama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian ESDM melalui SKK Migas.
“Serta akan dikerjasamakan melalui pola kemitraan dengan BUMN dan swasta yang akan dikembangkan di wilayah perbatasan dan pulau kecil terluar,” demikian Suprayoga. (des)