Kerajinan Kerang Desa Serangan Disukai Wisatawan

8 Mei 2014, 23:50 WIB
kerajinan kerang Desa Serangan (Foto:KabarNusa)

KabarNusa.com, Denpasar – Masyarakat
Desa Serangan Denpasar, Bali semakin bersemangat membuat kerajinan khas
kerang yang memanfaatkan sisa-sisa tulang, kepala ikan dan kerang
menjadi barang bernilai seni dan mendatangkan rupiah dan dolar. Selain
pasokan bahan baku melimpah prospek bisnis kerajinan ini sangat
menjanjikan karena disukai wisatawan mancagara.

 

Berada
di Pulau Serangan, Denpasar Selatan, mayoritas warga desa mengandalkan
kegiatan melaut dan sektor pariwisata lainnya. Sejak reklamasi merubah
wajah wilayah ini pada era 1990 an, sektor pariwisata mrenjadi andalan
selain aktivitas melaut.

Saat badai krisis moneter melanda tahun
1998, sangat memukul pendapatan mereka karena aktivitas ekspor barang
kerajinan berbahan dasar dari laut seperti kerang langsung terjun bebas.

Bahkan,
membuat kerajinan kerang menjadi mata pencaharian utama warga desa.
“Kami sekarang praktis hanya melayani berdasar permintaan, made for
order, dari beberapa daerah dan juga beberapa negara,” kata Made Kanan
Jaya, perajin kerang yang masih bertahan ditemui Kamis (8/4/2014).

Bersyukurnya,
beberapa daerah seperti Raja Ampat, Papua hingga pasar luar negeri
seperti Maldives dan Yunani, masih menyukai kerajinan yang memanfaatkan
limbah ikan.

Sejak mendapat pendampingan dari Direktorat
Pengembangan Produk Non Konsumen Kementerian Perikanan dan Kelautan
(KKP), kelompo perajin kerang yang dirintis Kanan Jaya, akhirnya bisa
mengembangkan kegiatan usahanya dan memiliki tempat workshop, yang lebih
representatatif.

Pihaknya, melibatkan puluhan warga desa jika
mendapat, di mana mereka dibayar berdasarkan sistem borongan. Jika sepi,
hanya beberapa saja warga dipekerjakan, karena pihaknya tidak mampu
jika harus mempekerjakan mereka.

Kini, usaha kerajinan di bawah
bendera Ayu dan Bagus Collection, rata-rata perbulannya omsetnya
mencapai Rp18 Juta perbulan. Sekedar membandingkan, sebelum krisis
ekonomi, omset kerajinan mereka bisa menembus Rp500 juta perbulan.

Dia
menambahkan, pernik kerajinan kerang itu disukai wisatawan mencanegara.
Demikian juga, banyak perajin dari luar daerah lainnya datang ingin
belajar ikut workshop di tempat ini,

Wisatawan asing yang
menikmati wisata bahari di wilayah ini, selain menikmati pantai juga
bisa membeli berbagai pernik kerajinan hasil laut seperti kerang.

Kasubdit
Pengembangan Industri Direktorat Pengembangan Produk Non Konsumen
Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP), Budi Dwianto mengatakan,
industri kerajinan dari limbah ikan itu telah memenuhi standar kualitas
dan layak ekspor.

Dengan masalah seperti permodalan dan akses
pasar, pihaknya terus mendorong agar bisa industri kerajinan kerang di
Serangan itu bisa terus berkembang. Berbagai bimbingan teknis dilakukan
sebagai upaya melindungi industri kreatif sekala kecil menengah agar
bisa berkembang.

Menurutnya, industri kerajinan berbahan baku
limbah hasil laut menjadi minat masyarakat yang mesti dikembangkan.
selain pemanfaatan limbahnya, hasil kerajinan degan snetuhan inovasi
akan memiliki nilai ekonomis.

Sesuai pengembangan produk
perikanan nonkonsumsi, dalam menerapkan “blue economy” dalam
industrialisasi kelautan dan perikanan, maka pengolahan hasil samping
untuk industri dan pengembangan produk inovatif serta kreatif sangat
memainkan pernan penting dalam menuju industrialisasi tanpa limbah. (gek)

Berita Lainnya

Terkini