Kerukunan Antar-Umat Tercipta di Bali, Gubernur Minta Toleransi Tetap Dijaga

27 Februari 2019, 19:17 WIB
koster%2B10
Gubernur Bali I Wayan Koster membuka Sidang Sinode Tahunan (PST) Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) di Kuta

Badung – Seluruh umat diharapkan terus mengobarkan dan mengamalkan nilai-nilai toleransi meskipun kerukunan antar umat beragama di Pulau Bali selama ini sudah terjalin cukup baik.

“Bali bahkan menjadi contoh bagi daerah lainnya di Indonesia sebagai daerah dengan toleransi yang sangat tinggi, namun harus tetap dijaga kerukunan, kebersamaan, persatuan dan kesatuan serta gotong royong sesama umat beragama dalam kehidupan masyarakat Bali,” ucap Gubernur Bali Wayan Koster pada acara pembukaan Persidangan Sinode Tahunan (PST) Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Tahun 2019, di Hotel Haris, Sunset Road, Kuta Badung, Rabu (27/2/2019).

Kata Koster, toleransi di Bali selama ini sudah sangat baik. Bahkan Bali menjadi percontohan daerah lainnya.

“Kita harus terus menjaga kerukunan ini agar tetap terjalin baik. Sebagai daerah tujuan wisata dunia, Bali akan selalu menjadi pusat perhatian. Sedikit saja ada gesekan di Bali, maka akan menjadi pembahasan dunia,” katanya.

Pihaknya meminta umat terus merawat keharmonisan, toleransi, persatuan dan saling menghormati demi terciptanya kehidupan yang baik di Pulau Dewata.

Seluruh umat harus tetap berpegangan pada Pancasila, UUD Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika agar kerukunan umat beragama tetap terjalin dengan baik.

Ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini, menegaskan sikap toleransi, kerjasama dan saling menghargai antar umat beragama harus senantiasa dipupuk dengn baik agar tidak ada gesekan-gesekan yang dapat memecahbelah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

“Sebagai gubernur, saya harus mengayomi dan melindungi masyarakat Bali, semua umat beragama dan komponen masyarakat lainnya. Kerukunan hidup beragama perlu terus dipupuk, sehingga gejolak-gejolak sosial yang akhir-akhir ini muncul ke permukaan dapat dihindari dan dikendalikan kearah pemikiran yang jernih,” imbuhnya.

Ketua Umum Majelis Sinode GPIB, Pendeta Paulus Kariso Rumambi mengatakan bahwa sudah menjadi kewajiban seluruh umat untuk menjaga kerukunan beragama. Menurutnya, perbedaan bukan menjadi alasan untuk perpecahan, justru perbedaan harus mampu menjadi pemersatu. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini