Kabarnusa.com – Keharmonisan di Pulau Dewata Bali dapat terpelihara dengan baik karena terbangunnya keselarasan antar umat beragama.
Menjelang bulan Ramadhan, Grand Istana Rama Hotel menyajikan diskusi ringan di Dialog Budaya Session II.
Tema
diangkat, Perkembangan dan Eksistensi Sejarah Islam di Tengah Pulau
Dewata. Tujuannya, menelaah masuknya agama Islam serta perkembangannya
di Bali, memperkaya khasanah sejarah agama Islam dalam akulturasi
peradaban Hindhu di Bali,
Sejauh mana tradisi-tradisi dalam
agama Islam dilakukan di Bali dalam hubungannya dengan kewajiban puasa,
dan kulturasi tradisi Islam di Bali kaitannya dengan bulan puasa.
Diskusi ringan, cerdas dan ringkas tanpa memasukkan unsur pro-kontra.
Dengan begitu, diperoleh kesepahaman makna sesuai dengan tujuan.
Beberapa
pembicara dihadirkan seperti H. Ketut Imaduddin Djamal KH. Noor Hadi,
Syarifuddin, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, serta A.A Ngurah
Agung.
Diberikannya tema tersebut, para tokoh dengan semangat
memberikan pendapat dan banyak pengetahuan yang bisa diambil dari dialog
kali ini.
Akulturasi budaya Bali dengan agama Islam nampak tumbuh berdampingan dengan damai seperti terlihat di wilayah Pegayaman Bali,
Penggunaan
nama ‘ketut’, ‘made’, atau nama-nama lain yang mengidentitaskan diri
sebagai masyarakat Bali terlihat jelas pada nama masing-masing penganut
agama islam di wilayah ini.
“Seperti Nama merupakan salah satu
identifikasi asal daerah dimana dari daerah tersebut juga turut
menginformasikan agama yang dianut,” ppar Ketut Djamal baru-baru ini.
Turut
pula memberikan pendapat keselerasan seperti dijelaskan sebelumnya,
menjadi harga mati sebagai aturan yang harus dipertahankan.
KJKarena
dari keselarasan inilah yang memunculkan kerukukan antar umat beragama
di Bali, tandas Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet selaku Ketua Forum
Komunikasi Umat Beragama Denpasar.
Grand Istana Rama Hotel juga
memberikan donasi kepada Yayasan Tunas Bangsa sebagai yayasan muslim
yang memberikan dampak positif bagi anak yatim piatu serta remaja muslim
di daerah Denpasar.
Demikian acara Dialog Budaya Session II ini
menghasilkan sebuah pemahanaman untuk mengedepankan kesatuan dan
kerukunan umat beragama tanpa menghilangkan budaya setempat dimana agama
itu bekembang. (des)