Ketua FKPT Jawa Tengah Mengajak Masyarakat untuk Tidak Pesimis Menghadapi Terorisme

6 April 2021, 07:12 WIB
Prof. Syamsul Maarif ketua Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme
(FKPT) Jawa Tengah menjadi narasumber Rapat Koordinasi Ka Sat Intelkam
Polres jajaran Polda Jawa Tengah tentang Pencegahan serta Penanggulangan
Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme di wilayah Jawa Tengah/ist

Semarang – Pasca bom bunuh diri di Gereja Katedral Makasar Sulawesi
Utara dan aksi teroris di Mabes Polri beberapa hari lalu mengoyak kembali duka
bagi masyarakat Indonesia.

Hal ini menjadi bukti keberadaan teroris di wilayah Kesatuan Negara Republik
Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera ditanggulangi oleh
seluruh elemen masyarakat utamanya aparat yang berkompeten dalam bidang
deteksi dini dan penanggulangan terorisme.

Prof. Syamsul Maarif ketua Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT)
Jawa Tengah memberikan pernyataannya dalam wawancara singkat saat ditemui awak
media usai menjadi narasumber Rapat Koordinasi Ka Sat Intelkam Polres jajaran
Polda Jawa Tengah tentang Pencegahan serta Penanggulangan Intoleransi,
Radikalisme dan Terorisme di wilayah Jawa Tengah, Senin (5/4/2021) di hotel
Haris, Jl. Ki Mangunsarkoro, Semarang.

“Sangat tidak relevan dan ironis serta mengejutkan bagi masyarakat Indonesia
yang adem ayem, guyub rukun, tepaselira dengan nilai-nilai kearifan lokal yang
sangat luar biasa, tiba-tiba ada kejadian yang sangat jauh dengan adat
ketimuran,” ujar Syamsul mengawali.

Lebih lanjut Syamsul menjelaskan, rentetan aksi terorisme dengan menggunakan
simbol-simbol agama ini, maka masyarakat harus cerdas karena sudah terbiasa
dengan kebhinekaan dan dewasa dalam beragama sehingga harus lebih
mengedepankan mempererat kembali kerukunan, perdamaian serta sosialisasi
nilai-nilai agama yang menyejukkan menuju agama yang rahmatan lil alaamiin.

Dikatakan oleh Syamsul, “Sayangilah orang lain, karena barang siapa
menyanyangi orang lain maka akan disayangi oleh Allah dan MalaikatNya,” tutur
Syamsul.

Untuk itu semua elemen masyarakat harus tetap penuh kesiapsiagaan dan waspada
dengan trik-trik baru yang menyasar generasi milenial dengan menggunakan
paparan melalui online, sehingga munculah sebutan Online Radicalization
(radikalisasi online).

Menurut Syamsul dengan cara memadamkan media sosial yang menjadi media
radikalisasi online dengan memberikan nilai-nilai positif.

“Padamkan saja yang namanya Whatsapp, Facebook serta media sosial lainnya yang
menarasikan kebencian dengan nilai-nilai kebaikan dan kesejukan, sehingga
dapat mengubah perilaku dalam bermedia sosial dengan memberikan kesejukkan
bagi pengguna media sosial itu sendiri,” ujar Syamsul.

Selain itu menurut Syamsul, harus ada upaya sinergitas dengan tupoksi
masing-masing antar lembaga-lembaga yang ada di masyarakat. Bahkan hingga
sampai lembaga RT RW harus dijalin kerjasama yang baik, karena disinilah
informasi terkait keberadaan warga dapat didapatkan secara jelas.

Diakhir pernyataannya, Prof. Syamsul Maarif mengajak kepada segenap elemen
masyarakat untuk tetap mengedepankan ukhuwah dan persaudaraan lintas agama,
budaya dan etnis yang ada sesuai dengan nilai-nilai budaya Indonesia.

“Sebagai bangsa yang besar itu memiliki peradaban dan nilai-nilai kebudayaan
yang luar biasa. Mari bersatu dan tingkatkan persatuan. Karena beda itu indah,
beda itu fitrah,” pungkas Prof. Syamsul Maarif. (as/had)

Berita Lainnya

Terkini