TABANAN – Ketua DPRD Tabanan I Ketut Suryadi mengatakana ajaran Trisakti yang diwariskan Ir Soekarno atau Bung Karno menekankan tiga hal penting dalam kehidupan berkebangsaan yakn berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Suryadi menegaskan, ajaran tersebut sangat relevan diterapkan dalam kehidupan berbangsa saat ini yang kian ringkih diterpa badai krisis. Ajaran itu ideal untuk diterapkan. Salah satunya melalui jalur kesenian dan kebudayaan.
Hal itu disampaikan Boping, sapaan Suryadi, saat mengunjungi Sanggar Seni Leklok di Banjar Pasekan, Desa Dajan Peken, Tabanan pada, Kamis (19/1/2017) malam. Menurutnya, kesenian merupakan salah satu gerbang untuk menjalankan ajaran Bung Karno.
Lewat sanggar senilah kita secara nyata dan otentik menjalankan ajaran Trisakti yakni berkepribadian dalam kebudayaan. “Menghidupkan kembali kesenian dan kebudayaan yang kita warisi untuk menyelamatkan peradaban dalam situasi krisis berbangsa dan bernegara”, ujarnya saat memberi sambutan pada kunjungannya tersebut.
Budi pekerti menjadi salah satu tonggak penting untuk menopang kehidupan bangsa Indonesia di masa krisis multidimensi. Karena itu, bagi dia, mengenalkan kesenian kepada generasi penerus menjadi salah satu cara membangun budi pekerti mereka.
“Bagaimana bisa belajar budi pekerti kalau tidak mengenal seni. Saya cerita sedikit tentang teori kapitalis. Bangsa besar merusak bangsa ketiga yang subur. Salah satunya dengan merusak budayanya”, ungkapnya.
Karena itu, di hadapan pengurus dan anggota Sanggar Leklok, serta para orang tuanya, Boping mengaku sangat berkomitmen dalam hal yang berkaitan dengan seni dan budaya. Mengingat dirinya di masa lalu berangkat dari ranah ini. Karena itu, begitu memasuki ranah politik, dirinya berkomitmen pada diri sendiri untuk total masuk ke sagala komunitas seni dan budaya.
“Itu sudah menjadi komitmen saya begitu masuk ke dunia politik. Karena itu, saya mohon diterima sebagai bagian dari keluarga besar Sanggar Leklok”, tukasnya. “Leklok akan saya jaga untuk membantu pemuda mengenal kembali budayanya. Minimal menjadi Bung Karno kecil di lingkungannya yang terkecil”, ujar ‘dedengkot’ Sanggar Anak Angin ini sembari menutup sambutan. (gus)