Jakarta – Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) rata-rata
konsumsi ikan di Indonesia sekitar 78,4 per gram per orang per hari.
“Terdapat sekitar 19,4 juta penduduk Indonesia yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan gizi hariannya,” tutur Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia
Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja pada Lokakarya Pengembangan
Jejaring Pangan Bergizi Untuk Kesehatan Masyarakat, Selasa (20/4/2021).
Masyarakat diharapkan terus meningkatkan gizi dengan mengonsumsi ikan yang
memiliki peran penting sebagai sumber energi, protein dan variasi nutrien
esensial yang menyumbang sekitar 20% dari total protein hewani.
“Ikan juga memiliki kandungan gizi lainnya, seperti vitamin, yodium, selenium,
seng, besi, kalsium, fosfor, kalium, vitamin A, B dan D,” ungkapnya. Lautan
dan perairan umum daratan lainnya, salah satu sumber protein terbesar dunia
yaitu ikan.
Masyarakat Indonesia ada sebagian yang sejak nenek moyang terdahulu dari sejak
kecil membiasakan makan ikan, tetapi ada pula daerah-daerah yang tidak
terbiasa untuk makan ikan.
“Sehingga kita punya kewajiban bersama bagaimana caranya agar masyarakat
secara intens memanfaatkan ikan sebagai salah satu sumber proteinnya. Yang
kita tahu ikan memiliki protein yang luar biasa,” ujarnya dalam acara yang
digelar Jejaring Pasca Panen Untuk Gizi Indonesia (JP2GI).
Sjarief menyampaikan, data sementara produksi perikanan tangkap di Indonesia
tahun 2020 mencapai 7,7 juta ton.
Sementara itu rata-rata konsumsi ikan di Indonesia sekitar 78,4 per gram per
orang per hari. Terdapat sekitar 19,4 juta penduduk Indonesia yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan gizi hariannya.
Peran KKP bagaimana caranya ikan tidak hanya didapat dari pasar, dari laut
atau perairan umum daratan lainnya, tapi bisa diproduksi dari keluarga
nelayan, pembudidaya, pengolah ikan di sekitar rumahnya.
“Jadi ini upaya kami, upaya kita semua, pertama bagaimana meningkatkan atensi
perhatian masyarakat untuk mengonsumsi ikan, kedua mendorong masyarakat bisa
menghasilkan untuk memproduksi ikan sendiri, ketiga kita mampu meningkatkan
kualitas ikan lebih baik, efektif, efisien, dengan tingkat produksi yang
tinggi,” tuturnya.
Seluruh kandungan gizi pada ikan harus mengalir ke tubuh manusia. Sayangnya
ada kandungan yang terbuang.
Sehingga pihaknya mendorong agar kandungan-kandungan ikan yang baik itu mulai
dari proses penangkapan dan budidaya sampai ke rantai pasok dan konsumsi tidak
terbuang sia-sia.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pelaku perikanan adalah tingginya
susut hasil perikanan dan limbah buangan hasil perikanan.
Susut hasil (food loss) perikanan adalah keseluruhan nilai kerugian pascapanen
hasil perikanan akibat terjadinya kerusakan pada ikan, yang terjadi mulai dari
saat ikan ditangkap sampai ke tangan konsumen.
Disebutkan, ada beberapa tipe susut hasil yang dikenal, yaitu susut fisik
(physical loss), susut mutu (quality loss), susut akibat tekanan pasar (market
force loss), susut nutrisi (nutritional loss), susut fungsional (functional
loss), dan susut finansial (financial loss).
Pihaknya sudah melakukan berbagai riset, termasuk tentang penyusutan tersebut.
Hasil penelitian selanjutnya disebar ke masyarakat untuk diterapkan.
BRSDM dan JP2GI juga telah bekerjasama melakukan serangkaian riset dalam
rangka penanggulangan stunting melalui peningkatan konsumsi ikan di 15 lokasi
prioritas, yaitu Medan, Jakarta, Cilacap, Probolinggo, Jembrana, Yogyakarta,
Tegal, Bitung, Ambon, Kupang, Banyuwangi, Serang, Pariaman, Bantul, dan
Sorong.
Yang diteliti adalah tingkat konsumsi masyarakat akan protein. Hasil
penelitian menunjukkan banyaknya kasus stunting yang terjadi di masyarakat.
Hal ini mengukuhkan persepsi untuk mendorong peningkatan konsumsi ikan di
masyarakat untuk menghasilkan generasi baru yang sehat dan cerdas dengan
pertumbuhan yang baik, yang diharapkan menjadi kekuatan Bangsa Indonesia di
masa mendatang. (rhm)